JurnalPatroliNews – Jakarta,- Penjaga perdamaian Perserikatan Bangsa-Bangsa (UN peacekeepers) tetap menjadi fondasi utama dalam upaya menjaga stabilitas dan keamanan global, terutama di kawasan-kawasan yang mengalami konflik berkepanjangan. Pada tahun 2024, lebih dari 2 juta penjaga perdamaian dari 158 negara telah bertugas di 71 operasi penjaga perdamaian sejak misi pertama diluncurkan pada tahun 1948.
Saat ini, pasukan PBB terlibat dalam berbagai misi yang tersebar di Afrika, Timur Tengah, dan Asia. Mereka terdiri dari personel militer, polisi, dan sipil, yang bekerja keras melindungi warga sipil, mencegah kekerasan, serta memperkuat institusi keamanan nasional di negara-negara konflik. Negara seperti Bangladesh, Indonesia, dan Brasil menjadi kontributor utama personel militer dalam misi-misi ini. Indonesia, misalnya, telah mengirimkan lebih dari 5.000 personel penjaga perdamaian ke berbagai negara.
Namun, tantangan besar tetap ada. Terbatasnya sumber daya dan ancaman di lapangan sering kali menempatkan penjaga perdamaian pada risiko tinggi. Sejak misi pertama diluncurkan, lebih dari 4.000 penjaga perdamaian telah gugur dalam menjalankan tugas. Upaya untuk meningkatkan keamanan bagi personel terus dilakukan, termasuk mandat yang lebih realistis dari Dewan Keamanan PBB dan kerja sama dengan organisasi regional, seperti Uni Afrika, untuk meningkatkan efektivitas operasi.

Di medan perang, penjaga perdamaian PBB tidak hanya menjadi simbol harapan, tetapi juga garis pertahanan pertama bagi masyarakat sipil yang paling rentan di zona konflik. Hingga tahun 2024, tugas berat tersebut terus berlanjut di berbagai wilayah konflik, termasuk Afrika, Timur Tengah, dan Asia.
Komentar