Eksotis..! Samota Golden Triangle, Wisata Maritim Berkelas Dunia

JurnalPatroliNews – Jakarta,- Negara Republik Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak pulau yaitu 17.504 pulau, 95.181 km garis pantai dan potensi alam yang indah namun dalam sektor pariwisata bahari masih belum berkembang. Letak geografis Indonesia juga sangat strategis dengan berada di daerah tropis yang diapit oleh dua benua dan dua samudera. Indonesia juga merupakan pertemuan tiga lempeng benua.

Menurut data Kementerian Kelautan dan Perikanan, Indonesia memiliki 20,87Juta Ha kawasan konservasi perairan, pesisir, dan pulau-pulau kecil. Garis pantai Indonesia membentang 99.093 km dengan luas laut 3,257Juta km².

Wisata bahari merupakan salah satu wisata unggulan yang dimiliki Indonesia. Potensi sumber daya alam laut Indonesia dapat dilihat dari keanekaragaman ekosistem terumbu karang, lamun, dan mangrove. Terdapat 590 jenis karang, 2.057 ikan karang, 12 jenis lamun, 34 jenis mangrove, 1.512 jenis crustacean, 6 jenis penyu, 850 jenis sponge, 24 jenis mamalia Laut, dan 463 titik Kapal Tenggelam.

Kekayaan maritim ini membuat wisata bahari di Indonesia tak diragukan lagi keindahan dan keunikannya. Wisata bahari Indonesia tersebar dari Sabang sampai Merauke. Ada banyak yang bisa dieksplor dalam wisata bahari Indonesia. Salah satunya, Samota di Kabupaten Sumbawa, Nusa Tenggara Barat.

Golden Triangle

Samota adalah akronim untuk tiga kawasan di Sumbawa, yaitu Teluk Saleh, Pulau Moyo, dan Gunung Tambora. Ketiga lokasi ini merupakan salah satu destinasi favorit karena mencakup pegunungan hingga dunia bawah laut. Samota cukup popular di dunia dijuluki Golden Triangle layaknya ‘surga’ bagi para wisatawan.

Samota sebagai bagian dari Sunda Kecil mencakup dataran rendah hingga ke perbukitan dan gunung-gunung yang ketinggiannya bervariasi dari 0 hingga lebih dari 2.000 meter di atas permukaan laut.

Di sana ada Gunung Tambora yang memiliki ekosistem vulkanik dan erupsinya telah mengguncang dunia di tahun 1815. Kawasan ini adalah rumah bagi berbagai macam flora dan fauna. Kawasan ini juga memiliki komunitas lokal dengan budaya yang mengesankan.

Salah satu ikonik dari Samota adalah Jembatan Samota yang dibangun diatas sungai Brang Biji dengan panjang 240 meter dan lebar tujuh meter tersebut merupakan jembatan pertama yang menggunakan teknologi struktur plengkung di Pulau Sumbawa yang berfungsi selain sebagai infrastruktur penghubung Simpang Jalan Negara (SJN) Garuda dengan Tanjung Menangis, juga menjadi salah satu ikon kabupaten dan menjadi tempat wisata baru di Sumbawa.

Kawasan Samota resmi menjadi cagar biosfer dunia. Peresmian ini dideklarasikan pada hari ketiga pertemuan The 31st Session of The Man and The Biosphere (MAB) Programme International Coordinating Council di Paris, Prancis, Rabu, 19 Juni 2019.

Teluk Saleh

Sumbawa juga menyimpan keindahan alam bawah laut yang rekomended untuk anda lawati guna menemani aktivitas holiday. Salah satunya, Teluk Saleh,  teluk terbesar di pulau Sumbawa. Memiliki kedalaman mencapai 200 meter ini memiliki daya tarik sendiri.

Teluk Saleh familiar sebagai akuarium raksasa karena memiliki biota laut yang sangat lengkap. Kawasan ini tercatat sebagai salah satu destinasi ekowisata hiu paus (Rhincodon typus) terbaik di Indonesia.  Teluk Saleh menawarkan keindahan alam bawah laut yang akan menghipnotis para pelancong ketika inginkan refreshing dari sibuknya aktivitas sehari-hari.

Kehidupan satwa Hiu Paus di Teluk Saleh akan menyambut aktivitas diving dan snorkeling para pelancong dengan pesona terbaiknya. Beragam jenis spesies terumbu karang dan ikan ada di sana. Yang menjadi idola adalah manta atau pari paka.

Teluk ini merupakan teluk semi tertutup yang berhubungan dengan Laut Flores yang dipisahkan oleh Pulau Moyo. Terdapat tiga pulau besar di teluk ini yaitu Pulau Liang, Pulau Ngali, dan Pulau Rakit. Secara administratif teluk Saleh terletak diantara Kabupaten Sumbawa dan Kabupaten Dompu.

Pulau Moyo

Pulau Moyo merupakan lokasi yang wajib dikunjungi wisatawan ketika berkunjung ke NTB. Pulau Moyo adalah sebuah pulau yang terdapat 2,5 km di sebelah utara Pulau Sumbawa. Kawasan ini memiliki pesona berupa Air Terjun Mata Jitu yang memiliki ketinggian 15 meter dengan 12 kolam bertingkat. Area ini eksotis karena menjadi oase di tengah savana Pulau Moyo.

Pulau ini memiliki luas 350 km persegi, ketinggian maksimum 671 meter, dan garis pantai 88 km. Pulau ini diapit hamparan laut lepas dengan pemandangan pantai-pantai yang menawan. Di sana ada banyak destinasi wisata yang menyajikan pemandangan alam memukau, di antaranya Air Terjun Mata Jitu, Air Tejun Sengalo, Air Terjun Diwu Mbai, Pantai Tanjung Pasir, dan Pantai Tekat Sagele.  Namun, yang paling sering diburu di Moyo adalah Air Terjun Mata Jitu yang bentuknya bertingkat.

Dilansir laman resmi Dinas Pariwisata Provinsi NTB, Pulau Moyo adalah destinasi eksklusif untuk orang kaya yang tidak bisa dikunjungi oleh sembarang orang. Sama seperti Pulau Komodo di NTT, Pulau Moyo juga salah satu destinasi wisata khusus para orang kaya berkantong tebal.

Pulau Moyo sangat pantas menjadi destinasi eksklusif mengingat alamnya yang indah dan mempesona. Terdapat banyak destinasi wisata di Pulau Moyo, diantaranya Air Terjun Mata Jitu, Air Tejun Sengalo, Air Terjun Diwu Mbai, Pantai Tanjung Pasir, dan Pantai Tekat Sagele. Satu yang paling terkenal adalah Air Terjun Mata Jitu yang juga dijuluki Queen Waterfall.

Dinamakan demikian karena, Air Terjun Mata Jitu pernah dikunjungi oleh salah seorang putri dari Kerajaan Inggris, Lady Diana Spencer. Konon, Diana sangat menyukai Air Terjun Mata Jitu. Ia sering berendam di sana dengan menikmati suasana kehijauan di sekeliling air terjun itu. Tahun 1993, Putri Diana berkunjung ke Pulau Moyo di Sumbawa untuk menenangkan diri karena rumah tangganya bersama Pangeran Charles sedang tidak harmonis.

Banyak stalaktit dan stalagmit menghiasi permukaan air terjun. Ada empat undak dan tujuh kolam yang menyusun air terjun ini, sesuai dengan namanya Mata Jitu” yang bermakna mata air yang jatuh ke kolam di bawahnya.

Selain Putri Diana, beberapa artis top dunia juga kedapatan pernah berlibur di Pulau Moyo, di antaranya adalah Mick Jagger (vokalis grup musik Rolling Stones), David Bowie, David Beckham, Jason Statham, Maria Sharapova, sampai mantan kiper klub sepak bola Manchester United, Edwin van der Sar.

Pemerintah setempat menjadikan pulau ini sebagai komoditas internasional setelah hadirnya akomodasi eksklusif Amanwana Resort, di sana para pesohor dunia diam-diam berlibur dan menginap, salah satu yang populer yaitu Putri Diana.

Akses menuju Pulau Moyo sangat sulit, wisatawan harus menggunakan perahu motor carteran selama 1,5 jam dari Pantai Jembatan Polak di kota Sumbawa Besar menuju Labuan Aji di Pulau Moyo. Setelah sampai, dilanjutkan dengan ojek yang mengarah ke destinasi Air Terjun Mata Jitu yang berjarak 15-30 menit. Total perjalanan bisa lebih dari 2 jam.

Gunung Tambora

Tambora memiliki Savana Doro Ncanga dan Doro Bente. Destinasi ini berada pada kawasan National Geopark Tambora. Savana Doro Ncanga merupakan lokasi bentangan padang rumput lebih dari 6.000 hektare.

Tambora juga memiliki Savana Doro Ncanga dan Doro Bente. Destinasi ini berada pada kawasan National Geopark Tambora. Savana Doro Ncanga merupakan lokasi bentangan padang rumput lebih dari 6.000 hektare. Kawasan ini juga menjadi lokasi penggembalaan sapi, kerbau, hingga kuda.

Masih di kawasan Tambora, terdapat Doro Bente yang merupakan kaldera yang tidak aktif lagi. Doro Bente memiliki ketinggian 80 mdpl dan berbatasan langsung dengan laut. Doro Bente memiliki ketinggian 80 mdpl dan berbatasan langsung dengan laut. Sementara Tambora adalah sebuah gunung berapi kerucut aktif yang terletak di Pulau Sumbawa, NTB.

Sejak ditetapkan sebagai Taman Nasional pada 11 April 2015 oleh Presiden Republik Indonesia Joko Widodo yang bertepatan dengan peringatan 200 tahun meletusnya Gunung Tambora yang dikemas dalam event  “Tambora Menyapa Dunia 2015”.

Gunung Tambora terus berbenah untuk mempersiapkan diri menyongsong predikat baru sebagai “Geopark Nasional” yang saat ini sedang diperjuangkan oleh Pemerintah Daerah agar dapat terwujud dalam waktu yang tidak terlalu lama.

Potensi Besar Samota

Penasehat Menteri Kelautan dan Perikanan-RI 2020 – 2024, Prof. Dr. Ir. Rokhmin Dahuri, MS, menyebut kawasan Teluk Saleh, Pulau Moyo dan Tambora (Samota) di Pulau Sumbawa memiliki potensi besar untuk dikembangkan. “Menurut hemat kami, Samota adalah salah satu wilayah di Indonesia yang mempunyai potensi. Segalanya ada, kelautan, perikanan dan pariwisata. Cuma yang belum ada akan manajemen inputnya berupa infrastruktur, investor, dan sebagainya itu,” ujarnya, beberapa waktu lalu.

Menurutnya, membangun Samota saat ini tidak dari nol. Sebab, sudah ada beberapa villa dan perusahaan pengolahan ikan ramah lingkungan pun sudah berdiri.  Hanya saja, jelasnya, listrik untuk membantu proses produksi belum masuk ke lokasi tersebut. Jika bisa beroperasi, dengan produk yang dihasilkan berkualitas bagus. Para nelayan bisa menyasar pasar dalam negeri dan juga luar negeri.

“Saya harus jujur, kalau bicara persentase mungkin hanya 15 persen potensi yang tersedia di Samota yang sudah dikelola. Dari kacamata positif, artinya itu peluang investasi bisnis dan pembangunan sangat-sangat besar,” imbuhnya.

“Jadi terus terang kita tidak akan bermanja-manja sama pemerintah. Kita inginnya investasi sebagian besar itu dari sektor swasta, baik lokal maupun luar negeri. Investor yang baik, bonafide, tidak merusak lingkungan tidak pelit membagikan gaji yang baik adil dengan perusahaan nasional,” tambah Ketua Dewan Pakar Asosiasi Pemerintah Daerah Kepulauan dan Pesisir Seluruh Indonesia (Aspeksindo) itu.

Menurutnya, untuk pengembangan Samota diperlukan pemberlakuan kawasan khusus, serupa dengan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika. NTB disarankan untuk mengajukan usulan pembentukan KEK untuk kawasan Samota. Namun, usulan ini menimbulkan perasaan pesimis karena NTB telah mendapat satu jatah KEK dari pemerintah pusat yakni KEK Mandalika.

“Tapi saya khawatir provinsi di Indonesia ingin dapat KEK dari presiden. Kita di NTB kan sudah dapat satu gitu ya. Tapi kita coba, susun konsepnya kita usulkan baru, mudah-mudahan dapat. Tapi kalau ndak dapat, ndak usah putus asa, kita kerja kreatif, kerja keras membuat model bisnis dan investasi yang lebih menarik buat para investor,” kata Guru besar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB University itu.

Jika usulan pembentukan KEK ditolak, Prof. Rokhmin Dahuri mengemukakan bisa dibentuk otoritas regional yang diberi izin oleh Gubernur NTB, Bupati Sumbawa, Bupati Dompu dan Bupati Bima untuk mengelola Samota. Tentunya dengan dilengkapi landasan hukum yang kuat, berupa peraturan daerah (perda). Selain itu, para investor juga harus mendapat kepastian investasi di Samota menguntungkan.

“Jadi kan para pemilik modal, investor dan pengusaha itu yang pnting ada kepastian dan jaminan kalau ada untung. Kalau ndak ada untung ngapain kita buang-buang uang triliunan,” tandas Duta Besar Kehormatan Kepulauan Jeju dan Kota Metropolitan Busan, Korea Selatan itu.

Dalam kesempatan lain, Prof. Rokhmin Dahuri mengatakan, salah satu sektor yang perlu didukung adalah pariwisata bahari karena sektor ini sangat mampu memberikan konstribusi yang besar terhadap PDB di Indonesia.

“Apa lagi kita memiliki banyak destinasi wisata yang menarik tak kalah dengan manacanegara namun masih kalah dalam sistem pengelolaan dan mahal dalam kategori wisata domestik. Salah satu wisata unggulan kita seperti surfing, diving, cruise dan yacht ada di pulau-pulau kita,” ujarnya.

Menurutnya, jika ekonomi maritim (kelautan) dikembangkan dan dikelola dengan menggunakan inovasi IPTEK dan manajemen mutakhir, maka sektor-sektor ekonomi kelautan akan mampu berkontribusi secara signifikan dalam mengatasi sejumlah permasalahan bangsa (khususnya pengangguran, kemiskinan, ketimpangan sosek, dan disparitas pembangunan antar wilayah), dan secara simultan dapat mengkselerasi terwujudnya Indonesia Emas (Maju, Adil-Makmur, dan Berdaulat) pada 2045.

“Apalagi sebagai negara kepulauan terbesar di dunia yang tersusun oleh 17.504 pulau, dirangkai oleh sekitar 104.000 km garis pantai atau terpanjang kedua di dunia setelah Kanada dan 75% wilayahnya berupa laut, maka Indonesia memiliki potensi pembangunan ekonomi kemaritiman yang sangat besar,” kata Ketua Dewan Pakar MPN (Masyarakat Perikanan Nusantara) itu.

Hal ini, katanya, sesuai pilar pembangunan Indonesia yaitu pembangunan manusia dan penguasaan IPTEK, pembangunan ekonomi yang berkelanjutan, pemerataan pembangunan dan pemantapan ketahanan nasional dan tata kelola kepemerintahan untuk menuju Indonesia Maju.

Terkait pengembangan pariwisata bahari, Ketua Umum Masyarakat Akuakultur Indonesia ini membaginya ke dalam 5 poin penting. Yakni: Pertama, Revitalisasi obyek-obyek (destinasi) wisata bahari yang ada saat ini, sehingga lebih menarik bagi wisatawan, baik wisnu maupun wisman; Kedua, Pengembangan destinasi wisata baru yang inovatif dan atraktif; Ketiga, Product development jenis-jenis wisata bahari baru yang inovatif dan atraktif; Keempat, Promosi dan pemasaran; Kelima, Peningkatan kualitas SDM yang ramah kepada wisatawan. (berbagai sumber/ask)

Komentar