Sensasi Makan Ulat Sagu di Pedalaman Papua

JurnalPatroliNews – Ulat, bagi yang melihatnya pasti geli apalagi menyentuhnya. Namun, untuk sebagian masyarakat mungkin saja menggemarinya. Dan tentu bukan sembarang ulat yang bisa disantap, karena hanya ada beberapa jenis ulat yang menjadi hidangan favorit masyarakat. Salah satu ulat yang biasanya dimakan oleh beberapa orang Indonesia ialah ulat sagu, yang menjadi satu bahan makanan dan sumber protein penting.

“Ulat sagu bisa dimakan mentah, tapi bisa juga dibakar, dipepes, atau dibakar.  Namun, lebih lezat dimakan hidup-hidup” ujar Onaria Fransisca sepulang mengikuti Festival Asmat beberapa waktu lalu.

Kepala ulat sagu keras, jelas Onaria, dan tidak dimakan. Cara memakannya adalah pegang kepalanya, gigit badannya, dan kepalanya lantas dibuang. Karena jika kepala ulat termakan maka bisa menyebabkan gatal pada beberapa orang.

“Rasanya seperti santan, baunya pun seperti kelapa,” ungkap Onaria, Jumat (28/10).

Ketika makan ulat sagu, dia merasakan sensasi seperti makan klepon. Ada rasa geli, terlebih ulatnya gemuk dan bergerak-gerak di ujung jari tangan.

“Tekstur kulitnya seperti karet, kenyal, namun daging didalamnya seperti lemak. Rasanya sedikit beraroma santan kelapa. Karena ini pengalaman pertama saya, agak sulit juga mengunyah kulitnya dengan daging ulat yang lumer di dalam mulut,” ucap Onaria.

Baginya, makan ulat sagu menjelang Festival Budaya Asmat merupakan pengalaman pertama karena ini makanan unik dan tiada dua. Dia bersama teman-teman dari Jakarta harus mengordernya satu bulan sebelum datang

“Kalau batang pohon sagu lebih lama didiamkan dan lebih busuk maka lebih banyak lagi ulatnya sebelum berubah jadi kumbang,” ujar Onaria yang menikmatinya di hutan daerah Warse, Asmat, Papua. (askara)

Komentar