“Aliansi Indonesia Damai (AIDA) ini memfasilitasi pertemuan dengan para teroris yang terlibat dengan aksi pengeboman di sejumlah tempat di Indonesia. Termasuk dengan para pelaku aksi teror yang melukainya,” tuturnya.
Peran ulama
Sementara itu, dalam sambutannya, Ketua BPET MUI, Muhammad Syauqillah, mengatakan, peran ulama di akar rumput menjadi sangat penting dalam mencegah aksi terorisme dan ekstremisme.
Menurutnya, para ulama, kiai, ustadz dan ustadzah memiliki energi yang positif yang bisa ditularkan pada jamaahnya.
“Saya yakin sudah pada Islam Wasathiyah, sudah sangat rahmatan lil alamin, jauh dari ekstremisme dan terorisme. Makanya energi yang positif di para kiai semua itu perlu ditularkan ke generasi muda,” ujarnya.
Apalagi, ungkapnya, tantangan sekarang ini lebih berat karena aksi terorisme melibatkan anak perempuan.
Jabodetabek, ujarnya, menjadi menarik karena kasus terorisme di Jakarta pelakunya tinggal di Bekasi, Bogor maupun Tangerang.
Dia menegaskan, energi positif dari para kiai, ustadz dan ustadzah sangat krusial untuk ditularkan bagi jamaahnya agar dapat mencegah aksi terorisme dan ekstrimisme.
Dia mengingatkan, bila terjadi perbedaan agar jangan dimusuhi, tetapi diajak berdialog. “Dan kembalikan pada Islam wasathiyah yang menjadi ciri keislaman yang ada di Indonesia,” ujar dia.
Ketua MUI Kota Tangerang, KH Ahmad Baijuri Khotib, mengatakan tokoh- tokoh agama di Kota Tanggerang membentuk Forum Benteng Toleransi. Hal ini salah satu ikhtiar dan upaya agar Kota Tanggerang terhindar kebencian-kebencian sehingga menimbulkan radikal, radikal naik menjadi ekstrem dan ujungnya menjadi teroris.
Komentar