Analisis Pengamat: Masa Lalu Orde Baru Memengaruhi Dinamika Pemilu

JurnalPatroliNews – Jakarta – Pengamat politik dari Asia Institute, University of Melbourne, Vedi Hadiz, mengungkapkan bahwa bayang-bayang masa lalu era Orde Baru masih sangat memengaruhi dinamika pesta demokrasi Indonesia yang akan digelar pada bulan Februari mendatang.

Dalam artikelnya yang berjudul “The Past is Present in Indonesia’s Presidential Election”, yang diterbitkan di Melbourne Asia Review pada Selasa (16/1/24), Vedi fokus pada calon presiden nomor urut 2, Prabowo Subianto.

Prabowo selalu dihadapkan pada pertanyaan seputar rekam jejak hak asasi manusia setiap kali mencalonkan diri dalam pemilihan presiden. Sebagai menantu Soeharto, jenderal era Orde Baru, Prabowo diduga terlibat dalam pelanggaran hak asasi manusia di berbagai wilayah, termasuk Papua, Timor Timur, dan Jakarta.

Perbandingan dilakukan dengan calon presiden lainnya, seperti Ganjar Pranowo dan Anies Baswedan, yang usianya rata-rata masih 50-an. Hanya Prabowo yang memiliki keterkaitan langsung dengan era Soeharto.

Ganjar, yang diusung oleh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P), pernah menjadi tokoh sentral dalam gerakan perlawanan terhadap rezim Soeharto hingga tahun 1990-an. Namun, seiring berjalannya waktu, banyak mantan perwira militer era Orde Baru bergabung dengan PDI-P pada awal Reformasi.

Vedi menilai bahwa PDI-P dan Golkar, kedua partai yang erat kaitannya dengan politik era Soeharto, sulit dibedakan.

“Gagasan keduanya sangat tidak liberal mengenai hubungan negara dan masyarakat. Terjadi kemunduran khususnya di bidang budaya yang kerap digunakan untuk melegitimasi kecenderungan otokratis para pemimpinnya,” tulisnya.

Sementara itu, Vedi mengidentifikasi Partai Nasional Demokrat (Nasdem), partai yang mendukung Anies Baswedan, sebagai tempat berlindung bagi kekuatan lama Orde Baru.

“Partai ini dipimpin oleh Surya Paloh, seorang pengusaha era Suharto dan mantan pejabat tinggi Golkar, yang secara historis memiliki hubungan kuat dengan militer,” ungkapnya.

Vedi mencatat bagaimana Anies naik menjadi Gubernur Jakarta pada tahun 2017 dengan dukungan dari partai pendukung Prabowo, Gerindra.

Prabowo sendiri, yang sebelumnya menjadi saingan utama Presiden Joko Widodo, kini bersatu dalam koalisi karena melibatkan Gibran Rakabuming Raka, putra sulung Jokowi.

Secara keseluruhan, Vedi menyimpulkan bahwa meskipun era Soeharto telah berakhir, bayangan kekuasaan, korupsi yang merajalela, nepotisme, dan pelanggaran hak asasi manusia masih membayangi dinamika demokrasi Indonesia.

Komentar