BPIP Dorong Pancasila Jadi Acuan Dalam Berpolitik

Pakar komunikasi politik ini juga memaparkan secara singkat urgensi pengajaran pendidikan Pancasila keapda kaum muda.

“Riset dari Setara Institute menunjukkan bahwa anak muda, 83 persen, menganggap Pancasila bisa diturunkan dan diganti ideologi lain. Ini sudah terlihat bahwa anak-anak kita butuh diajarkan kembali pendidikan Pancasila. BPIP sudah membuat dan akan segera diberlakukan di sekolah-sekolah, buku ajar, yang meliputi 70 persen praktek nilai Pancasila di masyarakat, dan 30 persen ilmu dan teorinya. Buku itu akan diajarkan Juli tahun ini,” jelasnya.

Terhadap politik dalam hal pemilihan langsung tahun 2024 yang akan datang, Benny mengingatkan agar umat tidak menjadi ‘goblok permanen’.

“Kita harus tahu sejarahnya, intinya, Pancasila itu apa. Sila Ketuhanan itu apa, bahwa harusnya tidak ada egoisme antar keagamaan, tidak ada mayoritas dan minoritas. Negara ini negara kesepakatan, bukan negara agama, bukan negara sekuler. Jangan termakan manipulasi agama sekedar untuk mendapatkan dukungan.”

“Anda harus memiliki kejernihan, kecerdikan dalam berpikir; yang waras harus melawan. Politik menggunakan nalar sehat. Politik di Indonesia menggunakan nilai-nilai Pancasila. Cari pemimpin, anggota dewan, cari tempat dimana suara anda digunakan oleh orang-orang yang tepat, yang melaksanakan nilai-nilai Pancasila; bukan yang sudah memiliki track record yang buruk. Bukan juga yang menjadikan Pancasila sebagai alat politik, tetapi menjadikannya sebagai working dan living ideology,” imbuhnya.

Stafsus Ketua DP BPIP itu pun menutup paparannya dengan sebuah ajakan.

“Gunakan juga ruang digital untuk pendidikan agar Pancasila benar menjadi acuan berpolitik. Literasi digital juga harus dijalankan terus menerus. Jangan jadi elitis, turun kebawah dan melaksanakan politik moral, berdasarkan nilai Pancasila,” tutupnya.

Komentar