Megawati, SBY, Jokowi dan Prabowo: Sketsa Transisi dan Relasi Kekuasaan di Indonesia

Peristiwa panen raya di Kebumen, dimana Jokowi berkeinginan untuk mempersatukan Prabowo dengan Ganjar lewat pertemuan antara keduanya di pematang sawah (Kamis, 9 Maret 2023) ternyata tak menghasilkan kesepakatan politik.

Skema Prabowo-Ganjar pupus. Tapi sejarah mencatat bahwa Jokowi telah berusaha mempersatukan keduanya, upaya ini sekaligus dianggap sebagai cara Jokowi untuk merealisasikan perjanjian Batu Tulis yang dulu disepakati PDIP dan Gerindra namun tertunda.

Koalisi parpol yang mendukung Prabowo akhirnya sepakat usulan Prabowo untuk mencalonkan Gibran sebagai wapres setelah dead-lock diantara Ketum parpol koalisi. Jokowi awalnya menolak, namun akhirnya menerima. Gibran pun “diwakafkan” untuk jadi calon wakil presiden Prabowo dalam pemilu 2024.

To cut long story short, Prabowo-Gibran terpilih, mengalahkan paslon Anies-Muhaimin di posisi kedua dan paslon Ganjar-Mahfud di posisi ketiga. Dalam pelantikan Prabowo-Gibran kembali Magawati tidak hadir.

Jokowi mempersiapkan masa transisi di tahun 2024 dengan sangat mulus. Dibentuk Presidential Communication Office (PCO) yang kemudian diteruskan di masa Kabinet Merah Putihnya Prabowo. Juga aspek anggaran 2025 di diskusikan bersama tim transisi Prabowo-Gibran.

Sehingga bisa dikatakan transisi pemerintahan Jokowi-Maruf Amin ke pemerintahan Prabowo-Gibran ini adalah transisi termulus dan oleh karena itu yang terbaik selama sejarah Republik Indonesia. Apalagi tema keberlanjutan yang dipilih Prabowo-Gibran ternyata disukai mayoritas rakyat Indonesia.

Sekarang ini (2025) keempat tokoh bangsa, Megawati, SBY dan Jokowi masih ada di antara kita untuk menyaksikan dan mendukung Prabowo-Gibran melanjutan pembangunan menuju Indonesa Emas 2045. Memanfaatkan bonus demografi (dengan gizi dan pendidikan) untuk melepaskan Indonesia dari “middle-income trap”.

Jakarta, Minggu 2 Februari 2025
Andre Vincent Wenas,MM,MBA., Pemerhati Ekonomi dan Politik, Direktur Eksekutif Lembaga Kajian Strategis PERSPEKTIF (LKSP), Jakarta.

Komentar