Makanya slalu ada saja ketidak-sinkronan antara koalisi capres partai politik dengan basis politik ditingkat lokal, makanya tokoh elit lokal yang tarung sebagai caleg lebih condong mengekor gelombang politik lokal agar dapat terpilih. Inilah gambaran umum kondisi politik lokal jika berbeda koalisi partai politik untuk dukung Capres, “tutur alumni Lemhanas Pemuda 2009 itu.
Sedapat mungkin koalisi partai politik memilih Capres yang sama dengan basis pendukungnya. Bila tidak? yang terjadi sebaliknya maka Caleg DPRD propinsi atau kabupaten/ kota tidak se- irama dengan koalisi Capres partai politiknya, maka rakyat Indonesia tidak bisa juga diarahkan 100% mendukung Capres yang satu koalisi partai politik tersebut, “imbuhnya.
Lanjut sampai disini, suara pemilih di beberapa wilayah tidak selaras dengan pusat yang misalnya bergabung di koalisi A, tapi suara pemilih memilih Capres B. Ini tergantung pada daerah- daerah tertentu. Misalnya Jawa Barat, Sumatera Barat yang ‘dominan’ akan berbeda dengan pilihan Caleg atau Capresnya, “tandasnya.
Komentar