JurnalPatroliNews – Jakarta – Pernyataan Presiden Prabowo Subianto dalam Rapat Pimpinan (Rapim) TNI-Polri baru-baru ini dianggap sebagai sinyal kuat adanya pergantian kepemimpinan di dua institusi strategis tersebut, yakni Panglima TNI dan Kapolri.
Direktur Merah Putih Stratejik Institut (MPSI), Noor Azhari, menilai bahwa saat ini adalah momentum bagi Presiden Prabowo untuk menerapkan langkah nyata dalam reformasi sektor pertahanan dan keamanan.
“Sebagai kepala negara, Prabowo memiliki kewenangan penuh untuk memperbaiki dan memperkuat institusi ini agar lebih profesional dan berorientasi pada kepentingan nasional,” ujar Noor, Minggu (2/2/2025).
Menurutnya, kesetiaan TNI-Polri harus tetap berpegang pada cita-cita para pendiri bangsa, bukan pada kepentingan oligarki. Terlebih, Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo dan Panglima TNI Agus Subiyanto adalah dua pejabat yang diangkat pada masa pemerintahan Joko Widodo.
“Prabowo tampaknya ingin menanamkan kembali semangat patriotisme di tubuh institusi negara. Namun, jika tidak diikuti dengan pergantian kepemimpinan, langkah tersebut masih kurang efektif,” tambahnya.
Noor juga menyoroti bahwa dengan meningkatnya anggaran pertahanan dan keamanan, termasuk untuk modernisasi alutsista dan operasional kelembagaan, maka pemilihan figur Panglima TNI dan Kapolri harus selaras dengan visi kepemimpinan Prabowo. “Keputusan strategis dalam penempatan pejabat tinggi akan menentukan efektivitas kebijakan pertahanan dan keamanan nasional,” jelasnya.
Lebih jauh, MPSI menegaskan bahwa reformasi di sektor ini harus berorientasi pada transparansi dan akuntabilitas agar publik dapat merasakan dampaknya secara nyata. Selain itu, Noor juga meminta Prabowo mengevaluasi jajaran staf terdekatnya, terutama dari kalangan TNI-Polri yang memiliki harta kekayaan mencolok.
“Kita tidak boleh membiarkan prajurit muda yang seharusnya mengabdi untuk negara justru fokus menumpuk kekayaan hingga miliaran rupiah di usia muda. Jika ini dibiarkan, akan merusak integritas TNI-Polri, di mana motivasi utama bukan lagi pengabdian, melainkan kekayaan dan kekuasaan,” pungkasnya.
Komentar