Politisi PDIP Nilai Wacana Pemakzulan Gibran Tak Tepat

JurnalPatroliNews – Jakarta – Politisi senior PDI Perjuangan, Aria Bima, menyampaikan bahwa wacana pemakzulan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka bukanlah langkah yang bijak saat ini, mengingat kondisi geopolitik dan perekonomian dunia yang sedang tidak menentu.

Pernyataan ini disampaikan Aria Bima sebagai tanggapan atas surat permintaan pemakzulan Gibran yang dilayangkan Forum Purnawirawan TNI kepada DPR RI.

“Teman-teman tentu lebih memahami konteks pemakzulan yang dimaksud. Namun mari kita lihat dulu, kondisi politik dan ekonomi, baik dalam negeri maupun internasional, sedang cukup kompleks,” ungkap Aria Bima di Kompleks Parlemen, Senayan, pada Rabu, 25 Juni 2025.

Sebagai Wakil Ketua Komisi II DPR RI, Aria menjelaskan bahwa PDIP memiliki tradisi untuk menjalankan demokrasi melalui mekanisme lima tahunan, termasuk memberi masukan dan kritik terhadap pemerintahan secara konstruktif jika dirasa ada kebijakan yang menyimpang.

“Kami terus melakukan penilaian atas kekurangan-kekurangan yang ada, dan kami sampaikan melalui saluran yang tepat,” ujarnya.

Aria juga mengingatkan bahwa dirinya termasuk yang menolak putusan Mahkamah Konstitusi terkait revisi batas usia calon dalam Pemilu 2024. Meski demikian, ia mengungkapkan bahwa Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri, telah menginstruksikan seluruh kader partai di parlemen untuk tetap hadir dan mengikuti proses pelantikan Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran.

“Bukan berarti kami menutup mata. Kami tetap mengkritisi jalannya demokrasi 2024, termasuk praktik-praktik yang kami anggap menyimpang, seperti manipulasi terhadap aturan hukum yang sudah dijalankan,” lanjutnya.

Ia menegaskan bahwa mengangkat isu pemakzulan di tengah situasi yang belum stabil justru bisa berdampak negatif terhadap roda pemerintahan dan fokus bangsa ke depan.

“Kalau sekarang isu pemakzulan terus digulirkan, saya khawatir hal itu malah menjadi kontraproduktif dan tidak membawa manfaat besar bagi masa depan bangsa,” pungkasnya.

Komentar