JurnalPatroliNews – Jakarta – Dalam momen peringatan ulang tahun ke-17 Partai Gerindra, mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menyampaikan pernyataan yang menegaskan komitmennya terhadap pemerintahan Prabowo Subianto.
Sebagai tokoh militer yang pernah menjabat sebagai Presiden selama dua periode, SBY menegaskan bahwa dirinya siap menjalankan tugas dan mendukung penuh kepemimpinan Prabowo.
Dalam pidatonya di Hambalang, SBY menegaskan kesetiaannya yang tulus kepada Prabowo, menekankan bahwa dirinya adalah bagian dari koalisi yang mendukung pemerintahan saat ini. Ia berjanji akan terus mendukung kebijakan, visi, dan program pembangunan Prabowo, bahkan tidak hanya dalam lima tahun ke depan, tetapi hingga satu dekade ke depan.
Momentum ini juga menjadi simbol penyatuan dua kekuatan militer besar dalam sejarah Indonesia—baret hijau yang diwakili oleh SBY dan baret merah yang menjadi identitas Prabowo. Dalam forum ini, SBY diberikan penghormatan tertinggi, menegaskan posisinya sebagai sosok yang lebih berpengaruh dibandingkan mantan Presiden Joko Widodo.
Di sisi lain, sikap Jokowi yang dinilai memiliki pemahaman yang kurang mendalam tentang strategi pemerintahan dan ekonomi semakin mendapat sorotan publik. Pidatonya dalam acara HUT Gerindra dianggap kurang substansial, terutama ketika ia berusaha membandingkan dirinya dengan Prabowo dalam hal penerimaan kritik publik. Pernyataan tersebut justru memperkuat pandangan bahwa kritik terhadap seorang pemimpin lebih banyak muncul akibat kebijakan yang merugikan rakyat, bukan sekadar karena kelemahan atau kekuatan pribadi.
Membedah Prabowonomics dan SBYnomics
Prabowonomics merupakan kerangka ekonomi yang dirancang oleh Prabowo Subianto berdasarkan prinsip-prinsip ekonomi Pancasila. Konsep ini dapat ditelusuri dari berbagai gagasannya yang tertuang dalam buku-buku, kampanye politiknya seperti Asta Cita, serta pengaruh pemikiran keluarganya. Ada tiga prinsip utama dalam Prabowonomics:
- Ekonomi Pancasila – Prabowo menggabungkan elemen terbaik dari ekonomi terencana dan ekonomi liberal, dengan fokus pada distribusi kesejahteraan.
- Pembangunan Berbasis Kesejahteraan Sosial – Program makan bergizi gratis dan peningkatan upah buruh menjadi contoh nyata implementasi Prabowonomics dalam kebijakan awal pemerintahannya.
- Keadilan Ekonomi – Prabowo menentang eksploitasi berlebihan oleh pengusaha besar dan menekankan redistribusi aset untuk kepentingan rakyat kecil.
Sebaliknya, SBYnomics bertumpu pada tiga prinsip utama: Pro Growth, Pro Job, dan Pro Poor. Jika dilihat dalam spektrum ideologi ekonomi, SBY cenderung lebih ke arah liberal kanan-tengah, sedangkan Prabowo lebih ke arah sosialisme tengah-kiri.
Dalam pendekatannya, SBY lebih menekankan pada pertumbuhan ekonomi yang diikuti dengan distribusi keadilan (growth then equity), sedangkan Prabowo percaya bahwa pertumbuhan harus dicapai melalui pemerataan (growth through equity).
Pendekatan Prabowo ini memiliki kemiripan dengan konsep Common Prosperity yang diterapkan oleh Xi Jinping di China. Xi memprioritaskan pengurangan ketimpangan ekonomi dengan mendorong kaum kaya untuk berkontribusi lebih besar kepada masyarakat, baik dalam bentuk pajak maupun penciptaan lapangan kerja yang adil.
Komentar