Strategi Komunikasi Politik Jelang Pemilu 2024 

Narasumber pertama, Erik Ardiyanto menyatakan bahwa melalui buku ini kita bisa belajar dari tokoh-tokoh politik seperti Bernie Sanders, Alexandria Ocasio-Cortez, dan Jeremy Corbyn. Menurut Erik, mereka bertiga adalah politisi sukses yang menarasikan kembali ide-ide sosialisme modern ke publik “Hingga kini, proses negasi politik sosialisme sebagai alternatif atas politik kapitalisme terus hilang di benak publik karena distorsi media-media dan aktor-aktor politik yang tidak menginginkan ide itu terwujud, tetapi tidak dengan 3 tokoh tersebut” ujarnya. 

Ia juga berharap melalui buku yang ditulisnya menjadi semacam pembelajaran untuk membangun keyakinan kepada para aktivis mahasiswa bahwa dengan bermodal ide dan gagasan, seorang aktivis bisa sukses dalam kontestasi politik seperti ketiga tokoh tersebut.

Narasumber kedua, Abdul Malik Gismar, Ph.D memberikan pandangan tentang cara kita membaca media menuju pemilu di tahun 2024.

Ia berpendapat bahwa para pengguna media sosial jangan terjebak ke dalam Echo Chamber yang hanya berisikan potongan-potongan dari sebuah narasi yang digunakan untuk mempolitisir agenda-agenda di publik. 

“Kita jangan terjebak oleh informasi di media sosial yang terus memberikan informasi berdasarkan algoritma. Hal itu berpotensi berada dalam lingkup Echo Chamber dimana kita enggan melihat suatu informasi yang nyata dan tertutup oleh keyakinan kita saja.” ujar Abdul Malik.

Berbeda dari kedua narasumber tersebut, narasumber yang ketiga, yaitu Tia Rahmania M.Psi, Psikolog memberikan pandangannya tentang keterlibatan perempuan di dunia politik. Kepada peserta seminar perempuan ia menanyakan siapa yang ingin berpartisipasi terjun ke dunia politik. Mayoritas forum tersebut menjawab tidak ingin atau belum berminat untuk menjadi seorang politisi. 

Mengaitkan dengan realita tersebut, ia menjelaskan tentang dirinya secara singkat bagaimana dunia politik bagi perempuan di zaman sekarang.

“Kita sebagai perempuan harus berani terjun langsung ke dunia politik. Perempuan diberkahi empati yang tinggi dalam lingkungan masyarakat, sehingga kepekaan yang ada pada perempuan bisa membuat perubahan dan memperbaiki lingkungan sekitarnya” ujar Tia

“Komunikasi Politik pada dasarnya adalah bagaimana cara seorang individu mendapatkan sebuah kekuasaan. Secara harfiah, politik itu sendiri artinya tentang kekuasaaan, namun dalam artian yang lebih luas politik itu berarti bagaimana sebuah kekuasaan tersebut dapat berguna bagi lingkungan dan sekitarnya.” Imbuhnya.

Di akhir acara, narasumber berharap acara dengan bentuk forum seperti ini dapat diperbanyak lagi, sehingga menjadi wadah untuk memperkaya pengetahuan di bidang politik.

Komentar