The Killing Ground: Siapa Sebenarnya Lawan Tersembunyi Prabowo?

Jejak Pemimpin yang Berani Memutus Lingkaran

Lihatlah Xi Jinping yang memberangus loyalis pendahulunya melalui operasi anti-korupsi. Erdogan memanfaatkan kegagalan kudeta untuk membubarkan faksi Gulen. Vladimir Putin pun mengeliminasi kekuatan oligarki lama dengan menuntut kesetiaan penuh kepada negara.

Mereka bukan tanpa risiko, tapi keberanian mereka mengubah wajah politik negaranya. Pertanyaannya: akankah Prabowo memilih jalan serupa?

Rakyat Tak Boleh Terbuai Panggung Politik

Transisi kekuasaan adalah persimpangan sejarah. Publik harus membuka mata, menolak topeng-topeng lama yang kini berganti baju, tapi masih membawa agenda yang sama. Dukung transparansi, dorong audit proyek-proyek masa lalu, dan lawan politik dinasti yang mencoba berakar lebih dalam.

Peran rakyat tak berhenti di bilik suara. Ia harus hidup dalam pengawasan kritis terhadap setiap kebijakan yang diambil. Media independen, LSM, aktivis, dan warga sipil harus menjadi penjaga pagar demokrasi.

Prabowo dan Jalan Dua Arah

Sebagai presiden terpilih, Prabowo kini berdiri di antara dua pilihan: mengikuti jejak penguasa lama atau menjadi reformis sejati yang membongkar dan menata ulang struktur kekuasaan dari dalam.

Strategi The Killing Ground memberinya peluang untuk membuktikan bahwa ia bukan sekadar pengganti, tapi pembaru. Bukan hanya melalui kekuasaan, tapi dengan kecerdasan taktis dan keberanian moral.

Jika itu yang terjadi, maka sejarah akan mencatat Prabowo sebagai pemimpin yang mampu mengalahkan musuh tersembunyi—bukan dengan senjata, tapi dengan strategi dan keberanian menghadapi yang tak kasat mata.

Sebagai rakyat, kita hanya bisa berharap dan terus mengingat pesan seorang pejuang yang hidup sederhana namun penuh makna: “Jaga kesehatan, perbanyak doa, bantu sesama jika mampu.” Sebab bangsa besar lahir dari rakyat yang sadar, bukan dari elite yang lihai bersandiwara.

Komentar