JurnalPatroliNews – Jakarta – Menurut laporan dari Cybersecurity Ventures, kerugian akibat kejahatan siber secara global diperkirakan akan mencapai USD10,5 triliun atau sekitar Rp170 kuadriliun per tahun pada tahun 2025. Angka ini meningkat signifikan dari USD3 triliun (Rp48 kuadriliun) per tahun pada 2015.
Data dari CoinWire juga mengungkapkan bahwa volume perdagangan kripto global diperkirakan akan mencapai USD108 triliun (Rp1,76 kuintiliun) tahun ini dengan peningkatan pengguna yang signifikan.
Oscar Darmawan, CEO Indodax, menekankan bahwa pertumbuhan industri kripto yang pesat menuntut keamanan siber yang lebih kuat. Menurutnya, keamanan siber menjadi faktor kritis yang harus diperhatikan oleh semua platform perdagangan kripto untuk melindungi dari kejahatan siber yang meningkat.
Certik Skynet, lembaga pemeringkat keamanan siber, menempatkan Indodax pada peringkat 13 dunia untuk keamanan siber, berkat teknologi dan prosedur pengamanan yang ketat. Indodax juga merupakan satu-satunya platform crypto exchange dari Indonesia yang meraih predikat ‘A’ untuk security score.
Oscar menjelaskan bahwa peringkat tinggi Indodax dalam keamanan siber adalah hasil dari langkah-langkah dan investasi pada teknologi keamanan yang ketat untuk melindungi aset dan data pengguna. Ini menjadi semakin penting mengingat potensi kerugian akibat kejahatan siber yang meningkat.
Ancaman Siber di Indonesia
Di Indonesia, kebocoran data pribadi menjadi masalah yang semakin serius di berbagai sektor, termasuk industri kripto. Kasus-kasus kebocoran data yang mempengaruhi jutaan orang menekankan pentingnya sistem keamanan yang kuat.
Oscar menegaskan bahwa sistem perlindungan data yang efektif adalah suatu keharusan untuk mencegah kerugian signifikan bagi individu dan perusahaan. Ancaman siber terhadap platform kripto juga semakin meningkat dengan kemajuan teknologi dan teknik peretasan.
Komentar