JurnalPatroliNews – Jakarta – Nilai tukar Rupiah kembali mengalami tekanan dan ditutup di level Rp16.358 per Dolar AS pada akhir perdagangan Senin, 10 Februari 2025. Mata uang Indonesia melemah 76 poin atau turun 0,46 persen dibandingkan dengan penutupan sebelumnya.
Tidak hanya Rupiah, sejumlah mata uang di Asia juga terpantau melemah. Baht Thailand terkoreksi 0,03 persen, Rupee India turun 0,04 persen, dan Yuan China melemah 0,16 persen.
Sementara itu, Peso Filipina turun 0,19 persen, Yen Jepang terdepresiasi 0,61 persen, dan Ringgit Malaysia anjlok 0,76 persen. Di sisi lain, Dolar Singapura menguat tipis 0,01 persen, sedangkan Won Korea Selatan naik 0,24 persen.
Pergerakan mata uang negara maju juga menunjukkan tren yang bervariasi. Poundsterling Inggris menguat 0,06 persen, Euro Eropa naik tipis 0,01 persen, sementara Franc Swiss melemah 0,02 persen. Dolar Kanada turun 0,17 persen, tetapi Dolar Australia justru menguat 0,07 persen.
Menurut pengamat pasar uang, Ibrahim Assuaibi, pelemahan Rupiah dipicu oleh kebijakan Presiden AS Donald Trump yang baru saja mengumumkan tarif impor sebesar 25 persen terhadap baja dan aluminium.
“Langkah ini meningkatkan kekhawatiran terhadap ketegangan perdagangan global serta dampaknya terhadap ekonomi dunia. Tiongkok juga mulai menerapkan tarif balasan atas barang-barang AS, yang semakin menekan sentimen pasar,” ujar Ibrahim dalam keterangannya.
Ia memproyeksikan pergerakan Rupiah masih akan fluktuatif dan cenderung melemah dalam kisaran Rp16.340 hingga Rp16.410 per Dolar AS dalam beberapa hari ke depan.
Komentar