JurnalPatroliNews – Jakarta – Keajaiban bisa datang dalam bentuk yang paling tak terduga. Hal itu dirasakan dua pria berbeda dari dua negara dan dua zaman, yang keduanya selamat dari kecelakaan pesawat tragis, dan secara kebetulan duduk di kursi yang sama: 11A.
Kisah terbaru datang dari Vishwashkumar Ramesh, warga negara Inggris keturunan India, yang menjadi satu-satunya penyintas jatuhnya pesawat Air India. Insiden nahas itu terjadi setelah pesawat lepas landas dari Ahmedabad, India, dan menabrak kawasan padat permukiman yang mencakup rumah sakit dan asrama mahasiswa kedokteran.
Ramesh, 40 tahun, menceritakan detik-detik mengerikan yang dialaminya kepada DD News. Menurutnya, tak lama setelah pesawat lepas landas, lampu di kabin mulai berkedip lalu pesawat seperti tergantung di udara. Beberapa saat kemudian, tubuh pesawat menghantam permukaan tanah.
“Saya duduk di kursi 11A. Saat kabin mulai hancur, saya melihat celah kecil ketika pintu terbelah. Saya dorong celah itu dengan kaki, lalu merangkak keluar,” kenangnya.
Ia menyaksikan langsung korban-korban tewas, termasuk dua penumpang yang duduk di dekatnya. “Saya pikir saya sudah mati, tapi ketika membuka mata dan sadar saya masih bisa bergerak, saya tahu saya hidup,” katanya tak percaya.
Kisah penyintas ini mengingatkan publik pada Ruangsak Loychusak, aktor dan penyanyi asal Thailand, yang juga selamat dari kecelakaan pesawat Thai Airways TG261 pada 11 Desember 1998. Saat itu, pesawat jatuh di rawa ketika hendak mendarat di wilayah selatan Thailand, menewaskan 101 orang.
Ruangsak, yang kala itu baru berusia 20 tahun, juga duduk di kursi 11A. Kini berusia 47 tahun, ia mengaku sangat terkejut ketika mendengar bahwa Ramesh juga menempati kursi yang sama dalam tragedi Air India.
Melalui unggahan di Facebook, Ruangsak menyebut peristiwa ini sebagai pengingat akan “kehidupan keduanya”. Ia pun mengungkapkan belasungkawa mendalam bagi seluruh korban tragedi Air India.
Sejak kecelakaan 27 tahun lalu, Ruangsak memilih untuk tidak lagi bepergian menggunakan pesawat. Ia mengaku trauma dan telah menghindari moda transportasi udara selama lebih dari satu dekade.
Kisah dua pria ini, terpisah jarak dan waktu, tapi terhubung oleh angka 11A dan takdir yang mempertemukan mereka dengan kehidupan kedua. Bagi keduanya, selamat dari maut bukan sekadar keberuntungan tapi juga tanggung jawab atas kesempatan baru yang tak semua orang dapatkan.
Komentar