Hubungan Buchtar Tabuni Sebagai Otak Pergerakan Separatis di Papua

Jurnalpatrolinews – Jayapura : Pasca kepulangan Buchtar Tabuni kondisi dan situasi yang berhubungan dengan separatisme di Papua diketahui kembali meningkat. Hal ini terlihat dari berbagai aksi baik spontan ataupun yang telah dikoordinasi sedemikian rupa.

Bebasnya Buchtar membuka keleluasaan jalan baginya untuk kembali mengkomandoi segala aksi dan pergerakan separatis khususnya bagi kelompok ULMWP dan KNPB, dimana kedua organisasi itu merupakan biang keladi luluh lantaknya tanah Papua pada Agustus-September 2019 lalu.

Tidak hanya menggerakkan massa, Buchtar juga sedng membangun propaganda untuk mendesak pemerintah RI agar membebaskan seluruh tahanan orang asli Papua. Sungguh kekonyolan yang dipertontonkan ketika Buchtar beranggapan bahwa OAP tidak layak dihukum karena dasar yang digunakan adalah undang-undang RI.

Salah seorang pegiat media sosial, Ruben Kogoya menyebutkan bahwa Buchtar yang telah kembali ke Papua cukup membuat suasana yang sempat damai menjadi kembali panas.

“Entah ini ada kaitannya atau tidak, tapi ketika Buchtar di penjara, saya rasa Papua cukup aman-aman saja,” ungkapnya.

Ia juga mengatakan bahwa desakan untuk membebaskan tahanan juga sangat tidak relevan. Menurutnya Buchtar memperlihatkan kapasitasnya yang tidak cukup mumpuni, sebab tahanan adalah pelaku kejahatan, sama seperti dirinya dahulu.

Serupa, Franz Lokbere mengatakan bahwa keberadaan tahanan yang disebutkan agar tidak dibebaskan karena desakan yang tidak berdasar.

“Mereka adalah penjahat, yang membuat masyarakat resah dan ketakutan. Undang-undang dibuat untuk mengatur warga supaya bisa hidup dengan tenang, jadi siapa yang melanggar, wajib dihukum,”

Jika melihat track record Buchtar Tabuni, maka semua sepakat bahwa ia adalah otak dari sejumlah aksi teror kerusuhan. Setidaknya sejak sepuluh tahun kebelakang, Buchtar selalu memegang kendali walaupun ada dibalik aksi ataupun demo yang selalu memakan korban lantaran kerusuhan yang terjadi.

Komentar