Puluhan Ton Pepaya Dibuang Di Pasar Induk Kramatjati, Pedagang: Pasokan Berlimpah Sepi Pembeli!

JurnalPatroliNews – Jakarta,- Naiknya harga beras dipasaran beberapa waktu yang lalu, sempat membuat komoditas pertanian itu menghilang dan sulit ditemui.

Berbeda halnya dengan buah-buahan, komoditas dengan jenis pepaya ini, malah berlimpah dipasar Kramat Jati, Jakarta.

Ironisnya, pepaya yang berlimpah justru tidak membuat pedagang di Pasar Induk Kramatjati menjadi untung. Pasalnya, selain sepi pembeli, pasokannya berlimpah. Sejumlah pedagang, terpaksa membuang puluhan ton pepaya karena busuk.

Berdasarkan informasi yang dirangkum media JurnalPatroliNews di Pasar Induk Kramatjati, penyebabnya adalah panen raya secara bersamaan, namun pembelinya masih sepi.

Pembeli yang kebanyakan adalah pedagang pasar turunan itu, diketahui belum kembali dari kampung halamannya sejak Idul Fitri 2024.

“Pepaya lagi banyak-bannyaknya. Di sana pas lagi panen raya, petaninya. Tapi di sini sepi (pembelinya),” ujar Ipuk, pedagang pepaya di Pasar Induk Kramatjati, Kamis (25/4/24).

Keadaan ini, keluh Ipuk, membuat dirinya hanya bisa pasrah. Ia merelakan pepayanya sebanyak tiga ton lebih yang tidak laku, terpaksa dibuang karena sudah busuk.

“Kalau pepaya tidak berlimpah (seperti sekarang), itu yang belanja banyak. Dan kebanyakan pembeli yang suka ketengan (satuan) kayak begitu, enak jualannya,” tutur Ipuk.

“Pepaya kalau lagi kurang banyak, itu enak. Pedagang-pedagang di pasar turunan, berani belanja biar harga berapa juga. Dia di sana jualnya juga enak. Kan di sana diketeng lagi jualnya,” tambahnya.

Selaras, Agung salah satu Pedagang pepaya lain di Pasar Induk Kramatjati, juga mengatakan hal yang sama. Menurutnya, pembeli yang kebanyakan adalah pedagang pasar turunan itu, belum balik dari kampung.

“Yang belanja masih dikampung, belum pada balik lagi ke Jakarta,” ucap Agung.

Akibatnya, kata Agung, tidak sedikit pedagang di Pasar Induk Kramatjati yang terpaksa membuang dagangan yang sudah busuk, beberapa waktu terakhir ini, dan itu jumlahnya tidak sedikit.

“Iyalah (lebih dari satu ton). Satu mobil (truk) itu 8 ton (pepaya). Paling, yang terjual itu 5 ton atau 4 ton, sisanya dibuang,” kata Agung.

Agung mengungkapkan, untuk menyiasati kerugian, pedagang terpaksa menurunkan harga jual dagangannya.

“Terpaksa kita akalin biar gak rugi banget. Harga kalau lagi normal, bisa sampai Rp 7.000 atau Rp 8.000 perkilogram, kalau sekarang jualnya bisa sampai Rp 3.000,” pungkasnya.

Komentar