Ilmu Pertahanan

Dalam perspektif yang lebih luas, force projection ini mencakup keunggulan suatu bangsa dalam memperebutkan kepemimpinan terhadap bangsa lain. Kepemimpinan ini dapat muncul melalui bidang olah raga, pendidikan, kebudayaan, penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, termasuk militer. Namun di atas segalanya, sejarah membuktikan bahwa kekuatan semangatlah yang menjadi dasar bagi kepemimpinan Indonesia untuk dunia.

Dengan pemahaman force projection tersebut, maka membangun daya unggul pertahanan suatu negara tidak bisa dilakukan dengan jalan pintas, misalnya dengan membeli peralatan militer super canggih. Pembelian peralatan militer yang paling hebat sekalipun, sekiranya dilakukan dengan pinjaman luar negeri, maka akan memperlemah “kekuatan pertahanan” di bidang ekonomi. Terlebih lagi ketika pembelian peralatan militer tersebut berpotensi menciptakan kerawanan fiskal pada masa yang akan datang.

Tidak ada jalan pintas dalam membangun kekuatan pertahanan negara. Dalam konteks ini, Bung Karno mengingatkan bahwa esensi kekuatan pertahanan negara harus diawali dengan keberanian untuk meletakkan nasib bangsa dan nasib tanah air di tangan kita sendiri. Kunci dari bekerjanya prinsip ini harus dimulai dari dunia pendidikan. Sebab membangun kekuatan pertahanan tidak terlepas dari dunia pendidikan. Negara-negara maju seperti Inggris, Amerika Serikat, Rusia, Tiongkok, Jerman dll, memiliki kekuatan pertahanan yang berdikari karena pendidikannya maju. Selama pendidikan Indonesia masih sibuk dengan urusan seragam, urusan perbedaan suku, agama, status sosial, dan selama dunia pendidikan tidak mengedepankan merit system, maka selama itu pula dunia pendidikan tidak akan mengalami kemajuan.

Komentar