Isu Cina dan PKI Adalah Cara Membakar Emosi Massa

JurnalPatroliNews – Tanpa bukti berupa peristiwa faktual di lapangan ,tiba-tiba isu PKI menggema di seluruh media sosial. Isu ini viral menyusul isu Cina yang sudah didera sejak 2014. Mereka yang beropososi melakukan shadow boxing di depan publik, sementara masyarakat hanya dingin merespon.

EMOSI JADI SASARAN
Ada strategi yang biasanya efektif digunakan untuk mendapat dukungan rakyat yakni membuat rakyat tidak berpikir dan hanya menuruti emosinya. Berdasar teori sosial lama , Daniel Goleman mengatakan emosi adalah suatu perasaan dan pikiran yang khas, suatu keadaan biologis dan psikologis dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak. Emosi pada dasarnya adalah dorongan untuk bertindak.

Saat emosi dibakar diharapkan akal sehat tidak bekerja. Lebih jauh ini sama dengan strategi Semburan Fitnah (Firehose of Falsehood) yang sedang populer didunia saat ini. Operasi khusus ini dikenal sebagai Operasi Rusia yang dipraktekkan Rusia sejak 1870, 1970 dan kemudian 2012-2017 dalam krisis Crimea, konflik Ukraina, dan perang sipil di Suriah. Operasi ini juga sangat efektif untuk memenangkan pemilu/pilpres, sehingga menjadi strategi favorit bagi para capres yang kurang visioner.

Informasi disebar dengan ofensif melalui narasi-narasi hypnowriting yaitu sebuah teknik penulisan secara hipnotik yang diarahkan pada croc brain manusia, yakni emosi untuk mempertimbangkan
apakah seseorang berada dalam keadaan aman atau tidak. Seorang yang berambisi menjadi capres menyebar kekhawatiran kepada masyarakat. Di tengah kekhawatiran itu ia pun mencitrakan diri sebagai Ratu Adil yang akan tampil memperbaiki keadaan.

MENYERANG DI TENGAH AMNESIA PUBLIK
Isu Cina yang digenjot sejak 2014 terus dipelihara, diaktualisasi, dan terus disebarluaskan. Pendekatan politik luar negeri Indonesia terhadap Cina telah diubah menjadi isu rasialis yang memang laten sejak dulu. Ini dikaitkan lagi dengan isu desakan tenaga kerja asing.

Rakyat diberi informasi yang timpang , seolah orang yang berbahaya adalah orang Cina. Kalau berbicara dominasi imperialisme, banyak imperialisme yang semua menjadi ancaman bagi kepentingan nasional. Mengapa mereka tidak memberi informasi tentang Imperialisme Jepang, Arab, dan Barat di Indonesia.

Yang paling fatal adalah bagaimana isu PKI yang sudah terkubur dari ingatan massa dibangkitkan kembali. Upaya mengangkat isu PKI ini terjadi secara masif karena peran media sosial dalam menciptakan visualisasi dan halusinasi tentang masih hidupnya PKI. Agresifitas penebaran isu PKI ini sudah overdosis, ibarat membangkitkan mahluk-mahluk yang diciptakan dokter Frankestein.

TUDUHAN TIDAK FAKTUAL
PKI itu secara ideologis merupakan internasionalisme. Bagaimana kita percaya komunis masih hidup di Indonesia ,sedangkan negara komunis di luar negeri sudah bangkrut. Soviet bubar, Cina menjadi komunis hipokrit, sedang Vietnam dan Kuba hanya menjalankan sentralisme.

Kalau kita berbicara manakah ideologi laten yang mengancam NKRI, justru adalah Islamisme atau Islamologi yakni ideologi yang memperalat agama untuk mendapat kekuasaan. Ideologi itu memiliki utopia yakni negara khilafah. Mengapa ini tidak dianggap bahaya, padahal mereka terang-terangan menolak NKRI walau organisasinya sudah dibubarkan.

Isu-isu yang terus diluncurkan dan dilancarkan untuk menimbulkan ketakutan dan kekhawatiran merupakan bentuk dari teror mental dan berujung pada pembodohan. Karena gorengan isu-isu itu tidak akan ditangkap oleh Neo-Cortex di mana pikiran Kritis dan Logika berada, namun langsung menusuk ke Croc Brain. Mereka hanya ingin menciptakan kerbau penurut setelah dicocok hidungnya.

S Indro Tjahyono, pengamat sosial.

Komentar