Pembebasan Eks Tapol Adalah Kemenangan Rakyat Papua

Jurnalpatrolinews – Jayapura, Empat (4) Tahanan PolitikĀ  (Tapol) antirasisme akhirnya telah tiba di Papua, Kota Jayapura, Sabtu (24/08/2020).

Satu di antara tahanan politik, Agus Kossay mengatakan, perjuangan mereka belumlah berakhir.

ā€œKami bebas dari penjara bukan berarti akhir dari perjuangan, tetapi kami bebas dari penjara berarti bentuk pengakuan kolonial Indonesia terhadap perjuangan rakyat Papua,ā€ kata Ketua KNPB Pusat Agus Kossay di acara ibadah syukur yang mendoakan pembebasan para Tapol tersebut di halaman asrama Rusunawa Uncen.

Menurutnya, pembebasan tersebut tidak akan memadamkan roh perlawanan dan perjuangan Papua Merdeka, untuk membawa rakyat Papua menjadi bangsa yang merdeka, bebas dari Negara Kesatuan Republik Indonesia.

ā€œIni adalah tujuan sesungguhnya. Perjuangan kami, dan kami terus berjuang,ā€ kata Agus Kossay.

Ketua KNPB ini menyampaikan terima kasih kepada rakyat Papua dan solidaritas nasional dan internasional serta pengacara yang memperjuangan untuk pembebasan para Tapol korban rasisme.

ā€œJadi, ini hanya ucapan terima kasih dan hari ini adalah pesta rakyat, karena kemenangan rakyat. Jadi kami sampaikan terima kepada semua pihak yang mendukung (pembebasan) kami,ā€ kata Kossay.

Sementara itu, satu di antara tokoh perempuan Papua, Mama Yosepa Alomang juga menyampaikan terima kasih atas semua dukungan umtuk pembebasan para Tapol tersebut.

ā€œKarena pembebasan para tapol adalah membawa kembali roh rakyat Papua. Negara ini harus membebaskan kami. Memberikan hak kami untuk menentukan nasib sendiri,ā€ kata Mama Yosepa.

Ia mengatakan juga pernah mengalami hal yang sama yaitu pernah dipenjarakan di Papua hingga luar Papua, tetapi menurutnya,Ā  Tuhan membebaskannya dan hal yang sama juga dialami tujuh tahanan Politik.

ā€œSaya minta, (Negara) Indonesia kembalikan hak politik orang Papua,ā€ katanya.

Sementara, dari United Liberation Movement For West Papua (ULMWP) Markus Haluk mengatakan Rasisme di tanah Papua telah ada sejak lama yakni, 57 tahun.

ā€œAktor rasisme adalah Negara melalui TNI dan Polri, Jaksa dan Hakim, Investor perusahan multi nasional. Lalu kelompok sipil yang dipersenjatai yaitu milisi. Ormas-ormas yang berupaya menghabiskan etnis Melanesia. Namun niat itu telah dilawan berdasarkan konvenan internasional dan hukum Indonesia. Kemerdekaan adalah hak segala bangsa dan kemanusiaan harus adil dan beradab,ā€ katanya.

Ia juga menyampaikan terima kasih atas semua dukungan dari pengacara dan Solidaritas Mahasiswa Indonesia dan Masyarakat Indonesia, Internasional di Pasifik, Afrika, Eropa, Asia yang mendukung pembebasan tapol antirasisme.

Dari pantauan, pesta rakyat itu dilaksanakan dengan ibadah bersama dan makan Barapen (bakar batu) yang dihadiri oleh ribuan rakyat Papua. (jubi)

Komentar