Sketsa Serba-Serbi Sholat Subuh: Jujurnya Kejujuran

Sepanjang kita masih mampu, tak peduli berapa kali kita batal wudu jelang sholat subuh di mesjid, sebanyak itu pula kita perlu mengulanginya kembali sampai wudu sempurna. Kejujuran yang membimbing dan menuntun kita.

Konsepsi inilah yang kemudian melahirkan inspirasi kepada hamba ini untuk menuliis sebuah puisi sebagai berikut:

KEBENARAN TANPA SAKSI

Ini kali keempat mengulang wudu
dalam waktu rentang sekejap
di sebuah dingin yang sama.

Membersihkan telapak dan jari-jari tangan
dilanjutkan dengan berkumur
selesai sempurna yang pertama
tiba-tiba buang air kecil
lalu wudu diulang dari awal.

Rampung yang kedua
langsung disambut buang angin yang ketiga.

Jika yang keempat
masih batal lagi
haruskah jujur, senantiasa mengulang dari awal.
Bukakah hanya diri sendiri yang faham
Bukankah tidak ada orang lain yang mengetahui
Bukankah Tuhan juga Maha Pemurah, Pengasih dan Penyayang?

Ada kebenaran yang tidak perlu saksi
terletak di nurani.

Meski tak ada mata memandang
meski tidak ada cemooh dari manusia manapun
Kebenaran sejati
hadir dalam hati
yang bersih.

Wudu sampai kapanpun
tetap barus senpurna
Kendati cuma diri pribadi yang tahu keasahanya.

Kebenaran kesempurnaan wudu tak butuh pengakuan
juga tak perlu bukti dukungan
atau saksi penjelas.

Kebenaran kesempurnaan wudu
Pertanggungjawaban nurani
dari seorang hamba
kepada Allah.

Jakarta, 9 Juni 2020, (Dikutip dari buku kumpulan puisi Religi “Mata Burung Gagak Gitaris Rock,” karya Wina Armada Sukardi)

Komentar