Forest City Bagai Kota Hantu, Tetangga RI Punya Proyek Mirip Meikarta Cikarang

 jurnalpatrolinews – Proyek Meikarta di Indonesia tengah jadi persoalan. Para pembeli hunian di sana mulai angkat bicara terkait tak kunjung selesainya proyek tersebut.

Bahkan, berdasarkan pantauan di lapangan, sejumlah sudut proyek tersebut kini sepi bak ‘kota mati’.

Kendala pembangunan komplek hunian yang digadang-gadang supermodern juga ternyata terjadi di tetangga Indonesia, yakni Forest City di Malaysia yang dikembangkan raksasa real estat China, Country Garden, sejak 2006.

Raksasa pengembang China itu awalnya hendak membangun sebuah ‘kota surga’. Forest City akan menjadi kompleks real estat berskala besar dan mewah, dengan perumahan terpadu dan kota pribadi yang terletak di lereng Gelang Patah, Distrik Johor Bahru, Johor, Malaysia.

Bangunan tempat tinggal, menjulang dari tanah di pulau buatan Selat Johor antara Malaysia dan Singapura. Awalnya, proyek ini diharapkan menjadi rumah bagi sekitar 700.000 orang, terutama warga China kaya yang menetap di Malaysia dan Singapura.

Namun, delapan tahun setelah pembangunan dimulai, diperkirakan hanya 2.000 orang yang menetap di sana. Kebanyakan dari mereka adalah karyawan pengembang, siswa sekolah internasional, dan anggota keluarga. “Sebagian besar bangunan di Forest City tidak berpenghuni, seperti kota hantu,” dikutip BBC dan juga dimuat Business Insider Agustus 2022 lalu.

Hal sama juga dimuat South China Morning Post (SCMP). Mengutip seorang direktur riset perusahaan konsultan, International KGV, diketahui ada dua faktor yang menyebabkan proyek itu gagal.Chen Weitian mengatakan Forest City memiliki dua masalah utama.

Salah satunya adalah tingkat hunian yang rendah sementara yang lainnya adalah kurangnya kegiatan komersial. “Jadi Forest City sendiri tidak memiliki banyak vitalitas, meski kompleksnya terletak di pinggiran Johor Bahru, dan hanya beberapa kilometer dari Singapura,” katanya.

Sebenarnya, Forest City juga menjadi kontroversial setelah mantan Perdana Menteri (PM) Malaysia Mahathir Mohamad mengkritik proyek tersebut. Saat terpilih lagi menjadi PM di 2018, proyek yang juga jadi bagian dari pembiayaan Belt and Road (BRI) disebut Mahathir bisa menciptakan arus masuk imigran.

Komentar