Ini Rencana PLN Biar Bisa Pensiunkan PLTU

JurnalPatroliNews – Jakarta,– PT PLN (Persero) berupaya untuk terus mengurangi konsumsi batu bara pada Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) dan menggantikannya dengan pembangkit listrik berbasis energi baru terbarukan (EBT).

Wakil Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan, PLN siap mengembangkan pembangkit listrik berbasis EBT seperti Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA), Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP), dan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS). Tak hanya itu, PLN juga akan masuk melalui co-firing agar transisi energi baru terbarukan berjalan lancar.

Co-firing yaitu proses menambahkan biomassa sebagai bahan bakar pengganti parsial atau campuran batu bara di PLTU.

“Kami petakan bagaimana transisi ke low carbon lewat co-firing. Kami coba 10 pembangkit menggunakan biomassa, pakai cangkang tandan,” kata Darmawan dalam CNBC Indonesia Energy Conference: Membedah Urgensi RUU Energi Baru dan Terbarukan, Senin (26/04/2021).

PLN menurutnya membangun PLTU dengan teknologi ultra supercritical yang efisien dengan emisi karbon yang sangat rendah daripada subcritical.

Melihat Jepang, imbuhnya, Negeri Sakura ini berencana mempensiunkan PLTU subcritical mulai 2030 mendatang.

“Tentu saja 2030 subcritical (PLTU) kami tahap pertama mulai dipensiunkan, 2035 tahap kedua, 2040 tahap critical mulai dipensiunkan, sehingga nanti di tahun 2050 hanya punya (PLTU) ultra supercritical, itu pun jumlah sudah kecil,” tuturnya.

Jumlah PLTU di tahun 2050 menurutnya akan jauh lebih sedikit dibandingkan dengan EBT yang akan masuk. Menurutnya, transisi energi ini perlu dilakukan secara bertahap, sehingga tidak langsung mematikan semua.

“Transisi gradual, bukan all of shutdown,” tegasnya.

Berkaca dari negara lainnya seperti Korea, menurutnya PLTU di sana sudah mulai disetop sejak 2012-2013. Penambahan permintaan listrik pun dipenuhi dengan EBT.

Sementara di Amerika Serikat (AS), PLTU dipensiunkan dan digantikan dengan gas yang terhitung lebih murah secara keekonomian dibandingkan dengan batu bara.

Melihat transisi yang dilakukan oleh negara lain, dia pun berpandangan bahwa transisi energi disesuaikan dengan kekuatan energi di masing-masing negara.

“Di AS PLTU batu bara di-shutdown (ditutup), diganti dengan energi gas yang murah US$ 2,3 per MMBTU, karena keekonomian gas lebih murah dari batu bara,” jelasnya.

Menurutnya, kondisi kelistrikan PLN saat ini mengalami kelebihan pasokan di Jawa, Sumatera, dan Kalimantan. Namun mengalami defisit listrik di daerah terpencil yang masih menggunakan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD). Dia mengatakan, operasional PLTD menggunakan BBM bisa berlangsung 9-12 jam sehari.

“Kita juga harus perhatikan bagaimana transisi energi berjalan smooth, perhatikan keseimbangan pasokan dan demand dan kekuatannya,” tuturnya.

(cnbc)

Komentar