Sosialisasi Operasi Tambang di Sangihe, PT TMS Ditolak NUB Se-Jabodetabek

JurnalPatroliNews – Sangihe,– Gelombang penolakan aktifitas pertambangan oleh Korporasi asing dalam hal ini PT. Tambang Mas Sangihe (PT. TMS) di wilayah Kabupaten Kepulauan Sangihe di Provinsi Sulawesi Utara terus berlangsung.

Kali ini, bukan hanya warga Sangihe, tapi juga masyarakat Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro (Sitaro) dan Kabupaten Kepulauan Talaud yang berada di pulau Jawa dan tergabung dalam Nusa Utara Bersatu (NUB) se-Jabodetabek hadir pada sosialisasi PT. TMS yang digelar pada Sabtu, 23 Januari 2022 kemarin, di ruang Dirgantara, Hotel Ambhala, Blok M, Jakarta Selatan (Jaksel).

Masyarakat yang tergabung dalam NUB se-Jabodetabek  dan perwakilan rukun-rukun secara seragam memakai masker warna merah, yang bertuliskan, ‘Tolak TMS, I Love Sangihe hadir untuk menegaskan sikap mereka kepada para perwakilan PT. TMS yang mau memberikan sosialisasi.

PT. TMS dalam sosialisasi tersebut diwakili oleh Boyke Richal Paparang, Consultan Coorporation Social Response (CSR) PT. TMS, Jenny Polii, Project Administration. Juga hadir langsung Jiriel Kumayas, Direktur Operasional PT. TMS.

Sedangkan dari NUB sendiri, diwakili oleh Pdt. Iriani Misah Awaeh (Ketua Resort GMIST Inbar), Pdt. Rico Manangsang (GBI Glow Jakarta), Johny Damar (IKIST), DR. Ahmad Nasir Biasane (Almuni SMP/SMA 1 Tahuna), Edwin W. Jacobs (Rukun Tanawata), Corneles Tuwoliu dari Nusa Utara Bersatu (NUB), Simson Katiandagho (Rukun Tampungang Lawo), Herdje Aer (IKIST).
Brigjen (Purn) Drs. S. Mamadoa (Rukun Tampungang Lawo), Yan Damar, Fany Tucunang dari NUB, Joseph Musa (Rukun Maubungang, juga mewakili Pria Kaum Bapak GMIST), Ayub Makawekes (Malahasa), Frodi Wailan, Johan Damar, Nusa M (Ikatan Keluarga Nanusa), Paris Diamanis (Rukun Mantelagheng), Djetro Sumendong (Rukun Mantelagheng), Vondel Towoliu, Jorry Tucunang (NUB), Beatriks Labeda (GMIST), Niniwati Terah Anak Sangihe Rantau (ASR), dan beberapa pemuda yang mewakili ASR.

PT. TMS, saat memaparkan tentang rencana kerja mereka untik mengeksploitasi Sangihe dan beberapa keuntungan yang akan dinikmati oleh masyarakat di sekitar penambangan, tak membuat yang hadir tertarik dan beranggapan semua pernyataan tersebut dianggap hanya sebagai sorga telinga oleh tokoh-tokoh Sangihe.

Bahkan Ketua Resort GMIST Inbar, Pdt. Iriani Misah Awaeh yang notabene pernah bertugas di Bowone menyatakan, PT. TMS hanya akan mewariskan kemiskinan dan kerusakan lingkungan bagi masyarakat Bowone dan sekitarnya.

Dr. Ahmad Nasir Biasane yang merasa sebagai putera Tabukan Utara, dengan tegas ia menyatakan bahwa dirinya tetap komitmen Sangihe bagian selatan mengandalkan pertanian dan hasil perikanan dan tidak untuk ditambang.

Lalu, Ketua rukun Tampungan Lawo, Simson Katiandagho, mengingatkan PT. TMS yang sudah melihat sendiri peristiwa pengembalian fasilitas penambangan PT. TMS yang dilakukan masyarakat pada tanggal 22 s/d 24 Desember 2021 akan terulang lagi.

“Mobilisasi alat berat PT.TMS milik kontraktor Indo Drill yang dihadang di Pelabuhan Pananaru dipaksa masyarakat, dinaikan kembali ke kapal LCT dan dihalau keluar, itu akan terjadi terus menerus sampai PT. TMS keluar dari Sangihe,” ujar Simson Katiandagho

Adapun, Brigjen (Purn). Drs. S. Mamadoa menyatakan kekhawatirannya dan sikap penolakkannya terhadap Rencana operasional PT. TMS di Tanah Tampungang Laeo

“Kami tidak rela keluarga kami menderita karena TMS, kami tidak tega tanah dan pulau kami dirusak oleh PT. TMS”, tegasnya.

Pada kesempatan yang sama, Joseph Musa, sebagai pimpinan PKB GMIST Inbar menyatakan menolak tegas kehadiran PT.TMS di Sangihe

”Dalam waktu dekat bersama seluruh PKB GMIST Inbar akan mendeklarasikan penolakan PT TMS beroperasi di Sangihe,” tandasnya.

Bisa dikatakan segala upaya yang dilakukan PT. TMS untuk bisa melaksanakan operasinya sungguh tak mendapat restu dari seluruh masyarakat Sangihe hingga sekarang ini.

(***/Erick Sahabat)

Komentar