Target Rp 3.000 Triliun Cukup Menantang, Catatan Ekonom : Bursa Karbon Sepi Transaksi

JurnalPatroliNews – Jakarta – Bursa Karbon yang baru diluncurkan pekan lalu masih sepi transaksi. Ekonom Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira buka suara perihal ini.

Target Rp 3.000 triliun itu cukup menantang, sepertinya terlalu overshoot jika melihat kinerja bursa setelah diresmikan,” kata Bhima pada rekan media lewat pesan tertulis, dikutip Ahad, 1 Oktober 2023.

Pemerintah sebelumnya mengklaim potensi Bursa Karbon di Indonesia mencapai Rp 3.000 triliun. Pada saat diluncurkan perdana pada Selasa, 26 September lalu, Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat total perdagangan sebanyak 459.953 ton CO2 (unit karbon), dengan 27 transaksi. Perdagangan unit karbon di pasar reguler dibuka Rp 69.600 dan ditutup Rp 77 ribu.

Namun pada keesokan harinya, tidak ada transaksi perdagangan unit karbon. Harga unit karbon di pasar reguler tidak mengalami perubahan atau tetap di Rp 77 ribu per unit karbon.

Hal ini berlangsung sampai Jumat, 29 September. Tidak ada transaksi hingga akhir pekan, meskipun jumlah pengguna jasa bertambah menjadi 17.

Pada hari ini juga tidak ada transaksi perdagangan unit karbon di IDXCarbon. Harga unit karbon di pasar reguler tetap di Rp 77 ribu per unit karbon.

Lebih lanjut, Bhima berharap Bursa Karbon bisa memperbaiki ekosistem dengan beberapa catatan. Pertama, kata dia, Bursa Karbon perlu menjaga integritas. Ini berarti unit karbon dari hutan dijamin tidak mengalami deforestasi, kebakaran hutan, dan perusakan ekosistem yang bisa menurunkan nilai dari karbon yang diperdagangkan.

Menurut Bhima, kekhawatiran ini muncul terkait dengan skandal Verra, salah satu lembaga sertifikasi karbon di mana 80 persen proyek yang disertifikasi ternyata tidak berhasil mencegah deforestasi.

“Jadi integritas Bursa Karbon harga mati,” ujar Direktur Celios itu.

Komentar