Sementara itu, Kepala BMKG Dwikorita Karnawati memperingatkan, efek El Nino akan berdampak pada ketersediaan air atau kekeringan.
“Tadi kami bersama Bapak Presiden dan Bapak Wakil Presiden, Bapak Menko dan beberapa menteri membahas tentang antisipasi dan kesiapan dalam menghadapi ancaman El Nino. Yang diprediksi puncaknya akan terjadi di bulan Agustus-September,” kata Dwikorita.
“El Nino ini intensitasnya lemah hingga moderat sehingga dikhawatirkan akan berdampak pada ketersediaan air atau kekeringan. Juga produktivitas pangan atau berdampak terhadap ketahanan pangan,” tambahnya.
Menurut Dwikorita, antisipasi sudah dilakukan sejak bulan Februari-April lalu, meski masih harus diperkuat.
Di sisi lain, dia mengatakan, Indonesia saat ini masih diuntungkan topografi pegunungan, sehingga kekeringan ekstrem akibat El Nino tidak akan terjadi serentak di wilayah-wilayah Indonesia.
“Kemungkinan 1 wilayah mengalami kekeringan, tetangganya mengalami banjir atau bencana hidrometeorologi. Artinya bukan berarti seluruhnya serentak kering. Ada di sela-sela itu yang juga mengalami bencana hidrometeorologi basah,” kata Dwikorita.
Di sisi lain, dia meminta semua pihak menjaga lingkungan dan tata kelola air.
Juga menganjurkan melakukan monitor perkembangan cuaca dan iklim yang dinamis dari waktu ke waktu.
Komentar