Bangladesh Buka Madrasah Pertama Untuk Transgender

JurnalPatroliNews – Madrasah pertama untuk transgender muslim dibuka di Dhaka, Bangladesh pada Jumat, 6 November 2020. Para ulama setempat menilai hal ini sebagai langkah awal untuk mengintegrasikan kaum minoritas yang terdiskriminasi ke dalam masyarakat.

Memiliki nama Madrasah Dawatul Islam Tritio Linger, tempat ini akan mengajarkan para transgender ilmu Al-Qur’an, filsafat Islam, bahasa Bengali, bahasa Inggris, matematika, dan ilmu sosial. “Saya sangat gembira,” kata Shakila Akhter, seorang siswa berusia 33 tahun yang terlahir sebagai perempuan seperti dikutip CNA, Ahad, 8 November 2020.

“Kami Muslim, namun kami tidak bisa pergi ke masjid. Kami bahkan tidak bisa bergaul dengan anggota masyarakat lainnya,” kata Akhter menceritakan pengalaman hidupnya sebagai muslim transgender di Bangladesh.

Sekitar 1,5 juta transgender hidup di Bangladesh. Pendirian madrasah ini dianggap salah satu upaya Bangladesh untuk membuat hidup kaum LGBT lebih mudah. Pasalnya Komunitas LGBT kerap menghadapi diskriminasi di negara Asia Selatan. Mereka sering dihukum dengan hukuman penjara.

Pada 2015, ekstrimis Islam membunuh seorang aktivis gay terkemuka dan editor majalah LGBT. Sementara kaum homoseksual terkemuka lainnya banyak yang melarikan diri dari Bangladesh.

Pemerintahan Perdana Menteri Bangladesh Sheikh Hasina sejak 2013 mengizinkan transgender diidentifikasi sebagai gender terpisah. Tahun lalu mereka diizinkan mendaftar untuk memilih sebagai jenis kelamin ketiga, dan jumlah mereka akan dihitung dalam sensus yang akan dilakukan tahun depan di negara berpenduduk 168 juta itu.

Madrasah ini dikelola oleh sekelompok ulama yang dipimpin Abdur Rahman Azad. Mereka mengubah gedung tiga lantai menjadi sekolah dengan dana dari badan amal setempat. Saat ini tercatat 150 siswa transgender mendaftar di sana.

Azad mengatakan kaum transgender, yang dikenal sebagai Hijra di Bangladesh, sudah terlalu menderita. “Sudah terlalu lama mereka menjalani hidup yang sengsara. Mereka tidak bisa bersekolah, madrasah atau masjid. Mereka menjadi korban diskriminasi. Kami, masyarakat dan negara yang harus disalahkan atas hal ini,” ujarnya.

“Kami ingin mengakhiri diskriminasi ini. Allah tidak membeda-bedakan manusia. Islam memperlakukan semua orang sebagai manusia. Hijra harus menikmati semua hak seperti manusia lainnya,” ucap Azad.

(tmp)

Komentar