Gelombang Kenaikan Harga di AS: Perusahaan Besar Terpukul Tarif Impor Baru Trump

JurnalPatroliNews – Amerika Serikat tengah bersiap menghadapi gelombang kenaikan harga akibat kebijakan tarif impor terbaru yang dicanangkan oleh mantan Presiden Donald Trump. Aturan baru ini menetapkan bea masuk sebesar 10% untuk sebagian besar barang impor dan hingga 30% khusus untuk produk asal Tiongkok. Tarif tambahan juga dikenakan pada komoditas utama seperti baja dan aluminium.

Dampaknya terasa langsung bagi berbagai sektor. Perusahaan-perusahaan raksasa seperti Walmart, Ford, Mattel, hingga Best Buy telah memberikan sinyal bahwa beban biaya ini akan dialihkan ke konsumen, bertolak belakang dengan seruan Trump agar pelaku usaha menanggung sendiri beban tersebut.

Walmart: Harga Barang Akan Naik Mulai Mei

Retailer terbesar di Amerika, Walmart, menyampaikan bahwa harga produk-produk mereka akan mengalami kenaikan signifikan. Hal ini dipicu oleh besarnya beban tarif atas barang-barang dari Tiongkok. CFO Walmart, John David Rainey, mengungkapkan bahwa tekanan ini terlalu berat untuk ditahan, terutama mengingat tipisnya margin keuntungan di sektor ritel.

Mattel: Mainan Tak Luput dari Kenaikan

Mattel, produsen mainan ternama, juga merespons tekanan tarif dengan menaikkan harga. CEO Ynon Kreiz mengakui bahwa sebagian besar produk mereka tetap dijual di bawah US$20, namun kebijakan tarif sangat membebani dan mendorong mereka menyerukan penghapusan tarif mainan secara global.

Trump bahkan sempat mengancam akan memberlakukan tarif 100% terhadap mainan Mattel jika perusahaan terus mengimpor produk dari luar negeri.

Best Buy: Konsumen Elektronik Harus Bersiap

Retailer elektronik Best Buy telah memperingatkan sejak Maret bahwa tarif akan berdampak langsung pada harga barang. Meski beberapa komponen masih bebas tarif untuk sementara, perlindungan ini sewaktu-waktu bisa dicabut.

Nintendo dan Sony: Konsol dan Aksesori Akan Lebih Mahal

Nintendo memutuskan menunda peluncuran Switch 2 karena situasi yang tidak menentu akibat tarif. Harga konsol memang tetap di angka US$450, namun aksesorinya mengalami penyesuaian sejak awal April. Sementara itu, Sony membuka kemungkinan kenaikan harga untuk lini PlayStation sebagai dampak dari biaya impor yang meningkat.

Shein dan Temu: Barang Murah Tiongkok Tak Lagi Murah

Shein dan Temu yang selama ini menikmati fasilitas bebas tarif melalui aturan “de minimis”—yang membebaskan barang di bawah US$800 dari bea masuk—kini terkena imbas pencabutan aturan tersebut oleh Trump. Kedua platform e-commerce asal Tiongkok itu langsung menyesuaikan harga. Beberapa produk bahkan mengalami lonjakan harga drastis. Misalnya, satu set kursi teras di Temu naik dari US$61 menjadi lebih dari US$70 hanya dalam satu hari.

Ford dan Subaru: Harga Mobil Siap Melambung

Ford Motor Company mengumumkan rencana menaikkan harga kendaraan hingga 1,5% pada semester kedua 2025 untuk menyesuaikan dengan tarif 25% atas mobil impor. Untuk mendorong penjualan sebelum tarif berlaku penuh, Ford memperpanjang program diskon khusus karyawan hingga pertengahan tahun.

Sementara Subaru juga menegaskan bahwa harga kendaraannya akan naik, meski tidak menyebutkan besaran pastinya. Mereka menyatakan langkah ini dilakukan untuk mempertahankan nilai produk di mata konsumen.

Procter & Gamble dan Stanley Black & Decker: Produk Rumah Tangga Ikut Naik

Produsen barang kebutuhan rumah tangga seperti Procter & Gamble juga mulai menyesuaikan harga di beberapa kategori produk. CEO Jon Moeller menyebut tarif sebagai pemicu inflasi yang tak bisa dihindari.

Stanley Black & Decker, yang memproduksi peralatan rumah tangga dan pertukangan, menaikkan harga sejak April dan berencana melakukan penyesuaian lanjutan menjelang akhir tahun.

Adidas: Ketidakpastian Tarif Hambat Strategi

Adidas juga terkena imbas. CEO mereka, Bjørn Gulden, mengungkapkan bahwa belum adanya kejelasan tarif akhir membuat perencanaan bisnis terganggu. Namun, satu hal yang pasti adalah: kenaikan harga hampir tidak terhindarkan.

Komentar