Jeffrey Bomanak : ULMWP Organisasi Penipu, Pasca 1 Desember Papua Bahkan Tidak Berubah

Jurnalpatrolinews – Jayapura : “Setiap jengkal perjuangan akan menemukan jalan indahnya sendiri, tekad itu yang ditemui oleh para pejuang yang berusaha dengan jiwa suci dan hati yang tulus,”.

Kalimat yang bernada heroik itu disampaikan oleh Jeffrey Bomanak dalam sebuah pernyataan dari kutipan video tentang eksistensi kelompoknya, Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat – Organisasi Papua Merdeka (TPNPB-OPM).

Jeffrey menyatakan pandangannya terkait riuhnya berbagai kelompok yang saling klaim atas tanah leluhur Papua. Jeffrey juga yang diketahui tidak sejalan dengan aksi-aksi spontan yang terus dilakukan oleh United Liberation Movement for West Papua (ULMWP) dalam berkoar-koar tentang kemerdekaan Papua. Hal itu diungkapkan Jeffrey sebab dirinya meyakini bahwa rakyat Papua telah meragukan Benny Wenda dan ULMWP dalam setiap aksi yang diatasnamakan sebagai upaya perjuangan.

“Semakin hari ULMWP juga semakin tidak terarah. Mereka akan menutupi kebohongan dengan kebohongan lain. Rakyat sudah lelah dengan apa yang selalu mereka janjikan namun tidak pernah ada realisasinya,” ungkap Jeffrey dalam pernyataannya pada 11 November 2020.

Jeffrey menilai bahwa setiap agenda yang dilakkan oleh ULMWP hanyalah sebuah tipu daya, termasuk deklarasi pemerintahan sementara dan penunjukan Benny Wenda sebagai presiden sementara.

“ULMWP adalah bagian dari kelompok kapitalis yang hanya menjual suara orang asli Papua tanpa memberikan jalan keluar dan solusi yang berarti,”

Ditambahkan bahwa Jeffrey menegaskan jika rakyat Papua sudah mulai mengerti dan paham tentang sejarah luhur perjuangan. Mereka sudah muak dengan ketertutupan ULMWP yang faktanya hanya melakoni praktik kepentingan berkuasa, kapitalisme, ataupun imperialisme.

“Setia papa yang dilakukan oleh ULMWP memang hanya berorientasi pada kedudukan dan keuntungan. Omong kosong mereka sedang berjuang, bahkan pemikiran rakyat biasa pun bisa memahami kalau tidak ada capaian yang pernah dikabarkan oleh ULMWP. Semua hanya bersifat internal yang dibesar-besarkan,”

Jeffrey pun mempertanyakan deklarasi 1 desember yang dilakukan oleh Benny Wenda di Oxford Inggris, ia berpandangan bahwa sampai dengan saat ini, wilayah Papua tidak ada yang berubah dan tetap seperti biasa. hal itu pula yang menyimpulkan pemikirannya jika setiap upaya yang dilakukan oleh ULMWP hanya untuk memberi anggapan lebih bagi OAP.

“Kalau situasi sedang biasa saja, pasti ULMWP berpura-pura melakukan aksi yang seolah sedang didengar dunia Internasional. Cara main ULMWP sudah terbaca sejak pertama kali mereka lahir. Ini hanya untuk membuat OAP berpikiran bahwa Papua telah bergerak menuju kemerdekaan. Padahal semuanya tidak ada,” ujarnya.

Apa yang dilakukan oleh ULMWP menurut Jeffrey hanya akan tersia-sia. Dia berpandangan bahwa ketika ‘kantong kering’ maka seluruh kepengurusan ULMWP akan melakukan pertemuan yang orientasinya hanyalah untuk mengais uang.

“Mulai dari yang terbaru, 2019 di Kamwolker kelompok ULMWP menjanjikan akan dilakukan referendum, kemudian peristiwa 1,8 juta petisi yang ternyata malah dibantah oleh PBB sendiri, ataupun dukungan kepada ULMWP oleh negara ACP bersama 18 Negara Pasifik yang ternyata tidak pernah terjadi,”

Menurut Jeffrey, beberapa poin tersebut bukan menjadli solusi dalam perjuangan bangsa Papua, dikatakannya malah ULMWP sedang mengaburkan perjuangan. Tidak hanya itu, dampak lain dalam aksi-aksi ULMWP telah meragukan dunia Internasional sehingga gerakan suci tidak jarang dicap sebagai gerakan teroris dan separatisme.

Sejak dibentuk untuk pertama kali pada tahun 2014 di Vanuatu, Jeffrey pun mengakui sudah mencium gelagat busuk para pengurusnya. Dia menilai jika kepengurusan ULMWP sarat akan nilai kepentingan yang hanya dimanfaatkan untuk mencari nama dan kekayaan. Sehingga ULMWP praktis hanya memposisikan orang-orang terdekat yang tidak lepas bisa digolongkan dalam ukuran kesukuan.

“ULMWP juga bagian kecil dari bentuk rasisme di Papua. Kita lihat saja siapa yang ada di ULMWP. Merekalah orang-orang yang memiliki hubungan kedekatan. Mereka tidak mau menerima orang asing terkhusus yang berasal dari pantai,”

Pada akhir pernyataannya Jeffrey meminta kepada seluruh orang asli Papua agar bisa berpikir secata rasional dan mulai melihat kebusukan yang selalu dicatatkan oleh kelompok ULMWP.  (Ind Paper)

Komentar