Multi Tafsir Cawe-cawe Jokowi, Publik Disuguhi Infotainment Politik: Siapa Marah Siapa Membela?

Kedua, bahwa kualitas elit politik Indonesia saat ini berada pada titik terendah dalam sejarah. Sehingga pembicaraan politik hanya berputar dan berpusat pada Presiden Jokowi dan keluarganya. Elite politik tidak pernah membahas ide, gagasan, dan program yang ditawarkan pasca  periode kepemimpinan Jokowi.

Ketiga, bahwa semua elite politik Indonesia saat ini sangat tergantung pada Presiden Jokowi. Sehingga mereka sibuk berupaya mendapat “endorse” dari Jokowi. Capres yang sering diajak Jokowi selalu sumringah, sedang Capres lainnya berupaya agar bisa sekadar minum kopi bersama anaknya.

Keempat, bahwa Capres saat ini juga hanya terbagi dua kelompok, yakni simetris atau asimetris dengan Jokowi. Sehingga isu yang dijadikan “tagline” pun tetap berkaitan dengan Jokowi. Kelompok pertama isunya tentang keberlanjutan, sedang kelompok kedua isunya perubahan.

Kelima, bahwa Jokowi sebagai kader dan “petugas partai PDIP” tentu sah terlibat atau cawe-cawe dalam Pemilu 2024. Bahkan menyatakan dukungan secara terbuka pun dapat dilakukan.

Hal yang sama juga seharusnya dapat dilakukan oleh SBY, kader dan petugas partai Demokrat, saat jadi Presiden RI. Akan tetapi Presiden Jokowi tidak dibenarkan menggunakan seluruh kekuasaan, alat perlengakapan dan kelengkapan serta fasilitas negara untuk berpihak kepada Capres yang didukungnya.

Keenam, bahwa elite politik diminta untuk segera berbenah, berubah agar tidak terus menerus ketergantungan terhadap Jokowi. Iklim politik Indonesia saat ini jenuh, stagnan akibat elite politik tidak memiliki tawaran apa pun.

Komentar