Nilai – Nilai yang Diwariskan Oleh Pendiri dan Raja Pertama Den Bukit (Buleleng). Perlu Diingat dan Dilaksanakan Di Usia 417 Tahun Kota Singaraja. (Salam bangkit dengan simbol Tarian Goak-goakan)

Om Swastyastu, Dirgahayu Kota Singaraja ke-417 Tahun, 30 Maret 2021.

Kota Singaraja untuk semua komponen masyarakat Buleleng. Semoga masyarakat Buleleng semakin maju, sejahtera, shanti dan jagaddhita.

Dan pemimpinnya di semua level melaksanakan amanat dari rakyat dengan tegak lurus untuk mencapainya. Dengan demikian Tuhan, Ida Hyang Widi akan selalu menganugrahkan jalan kemudahan dalam proses pencapaian tujuan masyarakat Buleleng yang maju, sejahtera, shanti dan Jagaddhita tersebut. Astungkara

Nilai Kepemimpinan:

Banyak nilai nilai kepemimpinan yang diwariskan oleh Pendiri Kerajaan Den Bukit (Buleleng) Anglurah Panji Sakti yang sekaligus sebagai Raja Pertama Kerajaan Den Bukit (Buleleng). Paling tidak ada 3 nilai yang sangat relevan dengan kondisi saat ini, dimana pandemi masih belum reda. Sudah setahun lebih, kondisi ekonomi masyarakat, (keluarga) semakin prihatin, sebab banyak tenaga kerja yang dirumahkan, di Phk sehingga pendapatan pun tidak ada, karena sebagian besar masyarakat Bali, termasuk Buleleng bekerja di sektor pariwisata.

Bukan itu saja, pengusaha mikro kecil dan menengah pun mengalami kerugian. Bahkan, banyak yang tutup dampak dari pandemi, hingga tingkat kesejahteraan masyarakat menurun tajam.

Tiga nilai-nilai kepemimpinan dari Raja Angglurah Panji Sakti sebagaI pendiri Kerajaan Den Bukit (Buleleng) 417 tahun yang lalu tersimbolisasikan dalam “Tarian Goak-goakan”.

Nilai Tarian Goak Goakan

Tarian Goak-goakan yang diciptakan oleh Beliaunya (Raja Den Bukit), bukanlah sekedar mengajak pasukannya (rakyatnya) bergembira, bermain main saja. Namun disisi lain ada tersembunyi, tersirat nilai nilai sangat penting dan strategis untuk Kerajaan Den Bukit dan masyarakatnya.

Diceriterakan dalam tarian Goak-goakan yang pertama kali menjadi Raja adalah Raja Anglurah Panji Sakti, dan tarian pun dimulai dengan semua peserta mengelilingi sang raja sambil menari bagaikan burung “goak” (gagak) mengibas ngibaskan sayapnya sambil meneriakan bunyi “goak…..goak….goak..” Dan beberapa saat berhadap hadapanlah sang pemimpin goak dengan sang raja, lalu sang raja bertanya pada penari goak (pasukannya) dan berkata… “Apa yang kamu inginkan, dan butuhkan akan kuberi, katakanlah jangan takut?

Lalu penari goak (pasukannya) meminta berbagai keinginan yang dibutuhkan hidup dan perlengkapan sebagai pasukan kerajaan, lalu Sang Raja mengiakan dan sanggup memberikan apa yang dibutuhkan oleh para penari goak semuanya (baca rakyatnya)

Setelah selesai maka tarianpun dilanjutkan kembali dengan Sang Raja menjadi “goak” dan penari (pasukan) goak menjadi Raja.

Goak pun (diperankan Raja Anglurah Panji Sakti) menari seperti burung goak/gagak mengibas ngibas sayapnya mengelilingi sang raja (diperankan oleh pasukan goak).

Sang Rajapun bertanya kepada “goak” …

“Apa yang kamu inginkan wahai “goak”, akan aku penuhi…”

maka sang goak menjawab dan berkata….. “aku menginginkan engkau menyerang kerajaan…… untuk memperluas wilayah kerajaan…. itu saja”.

Lalu dijawab oleh sang raja (diperankan oleh para pasukan goak), …. “ya akan kupenuhi keinginanmu goak”. Tarian “goak- goakan” pun diakhiri dengan semua menari termasuk sang raja mengelilingi lapangan didepan Istana/Puri, seperti burung “goak” (gagak) dengan berteriak gembira, senang dan bahagia diikuti bunyi burung gagak… goak… goak… goak…goak… goak… goak… goak… goak… goak…”

Adapun Nilai – nilai dari simbolisasi “Tarian Goak-goakan” tersebut sbb :

☆ Nilai pertama. Seorang Pemimpin haruslah (wajib) mensejahtrakan rakyatnya yang utama dengan memenuhi segala kebutuhannya, bukan saja oleh pemimpin di level atas dan juga di semua tingkatan, apalagi dalam kondisi pandemi entah kapan akan berakhir. Segala upaya Pemimpin saat ini seharusnya memfokuskan kepada pemulihan yang terkait dengan membangkitkan, menumbuhkan sektor kehidupan perekonomian yang langsung dapat memulihkan kesejahteraan rakyat di semua sektor, yang tergerus dampak pandemi.

Inilah paling utama dari kebutuhan rakyat saat ini. (Kasus seperti Dana Hibah PEN Pariwisata jangan lagi sampai terjadi).

☆ Nilai kedua, sesorang Pemimpin haruslah merakyat, (menyatu dengan rakyat) sebagaimana Raja Anglurah Panji Sakti, berperan sebagai “burung goak” menggantikan pasukan goak. Setelah memberikan, mencukupi kebutuhan rakyat gang disimbolkan dengan pasukan burung goak, barulah Raja meminta kepada rakyat melaksanakan kewajibannya, tugasnya dan tanggung jawabnya sebagai rakyat kerajaan.

Kedua nilai nilai ini akan menciptakan “Raja (baca pemimpin) mencintai rakyatnya dan rakyatpun mencintai Rajanya (baca Pemimpinnya)”.

Ini tercipta, karena seorang Raja (baca pemimpin) merasakan kehidupan rakyatnya, kesulitan, kebutuhan yang sangat diperlukan oleh rakyatnya. (sifat merakyat sangat diperlukan dan bukan jaga jarak /elitisme dengan rakyat) Sebagaimana masa pandemi saat ini, Pemimpin seharusnya tahu persis kebutuhan rakyat, dan berikan apa yang sangat diperlukan agar PPKM dan penterapan 3M berhasil mencegah Pandemi Covid-19. (Hindarilah semaksimal mungkin anggaran diarahkan ke hal-hal di luar penanggulangan pandemi, bila tidak terlalu urgen/sangat sangat penting dan strategis).

☆ Nilai ketiga, Pemimpin berhasil menerapkan nilai nilai yang diwariskan kepada kita oleh Pendiri Kerajaan Den Bukit (baca Kota Singaraja) ke-417 tahun, yakni

1) Mensejahterakan Rakyat yang dipimpin,

2) Seorang Pemimpin merakyat dan menyatu dengan rakyat.

Maka rakyat yang dipimim akan gembira, damai dan bahagia, sebagai mana akhir dari “Tarian Goak – Goakan” Raja (baca pemimpin) bergembira, senang menari bersama sama Raja (baca pemimpin) dan pasukan goak (baca rakyat).

Sebab kebutuhan rakyat terpenuhi oleh Raja (pemimpin) dan pasukan goak (rakyat) pun memenuhi kewajibannya, tugasnya yang diminta oleh Raja (pemimpin).

Inilah nilai ketiga dari akhir tarian Goak – goakan yang disimbolkan dengan Sang Raja dan pasukan goak menari bersama – sama dengan berteriak teriak gembira mengelilingi lapangan Istana/Puri.

Intinya :

  1. Pemimin berkewajiban untuk mensejahterakan masyarakat (baca rakyatnya)
  2. Pemimpin haruslah merakyat, menyatu dengan rakyatnya
  3. Bila kedua nilai diatas dilaksanakan maka Pemimpin dan

Masyarakat (baca rakyatnya) bergembira dan bahagia bersama – sama. Sebab rakyat sejahtera dan pemimpin juga senang dan bahagia dapat melaksanakan  swadharmanya dengan baik.

Catatan :

Ketiga nilai dari simbolisasi “Tarian Goak-goakan” berhasil dikaksanakan bila Pemimpin didalam melaksanakan Kepemimpinanannya “Tegak Lurus”.

Di dalam suasana memperingati kelahiran Kota Singaraja ke-417 tahun pada 30 Maret 2021 ini, gunakan sebagai “merefleksi” kembali, baik bagi Pemimpin di semua level dan juga masyarakat.

Sangat baik kita setiap memperingati kelahiran Kota Singaraja dengan acara mementaskan “Tarian Goak – goakan”, untuk melestarikan adat dan budaya kita.

Namun akan lebih baik lagi bila Pemimpin dan Masyarakat menerapkan, mengaktualisasikan “Nilai-nilai” yang disimbolkan dari “Tarian Goak-goakan” dalam melaksanakan “Swadarma” masing – masing yang masih sangat relevant saat ini. Semoga bermanfaat dan berguna sekecil apapun.

Om Tat Sat, Om Ksama Sampurnaya Namah Svaha.

Semoga Semua Makhluk Berbahagia dan Terbebas Dari Segala Penyakit.

Om Shanti… Shanti… Shanti…Om Svaha.

☆ Tulisan ini diposting bertepatan Rahina Tumpek Pengatag wuku Wariga, Saniscara, 20 Maret 2021. (TiR).-

Komentar