Sadis! Serangan Udara Israel Tewaskan Pencari Bantuan dan Pengungsi di Gaza

JurnalPatroliNews – Jakarta – Senin, 30 Juni 2025, wilayah Gaza kembali diguncang oleh rentetan serangan udara dari militer Israel yang menargetkan sejumlah area padat penduduk. Sedikitnya 95 warga Palestina dilaporkan tewas dalam serangan ini, termasuk anak-anak, perempuan, serta warga sipil yang tengah berlindung di sekolah dan rumah sakit.

Sebagian besar korban berasal dari Gaza City dan daerah di bagian utara. Salah satu insiden paling mematikan terjadi ketika kapal perang Israel menghantam sebuah kafe di tepi pantai Gaza, lokasi yang selama ini dikenal sebagai tempat aman bagi warga dan jurnalis untuk mengakses internet di tengah krisis. Serangan tersebut menewaskan lebih dari 30 orang dan menyebabkan puluhan luka-luka.

Selain itu, serangan juga dilaporkan mengenai area luar Rumah Sakit Al-Aqsa di Deir el-Balah, wilayah tengah Gaza, yang saat ini menjadi tempat pengungsian ribuan warga. Rekaman video yang telah diverifikasi menunjukkan suasana panik di rumah sakit, dengan warga berlarian menyelamatkan diri setelah tenda-tenda pengungsi hancur akibat ledakan.

Pemerintah Gaza menyatakan bahwa tindakan militer Israel ini merupakan bentuk “kejahatan terstruktur” terhadap fasilitas kesehatan. Dalam pernyataan resminya, disebutkan bahwa jet tempur Israel menyerang tenda-tenda pengungsi di dalam area Rumah Sakit Syuhada Al-Aqsa, mengakibatkan sejumlah korban serta kerusakan yang membahayakan keselamatan pasien dan pengungsi.

Selama lebih dari 22 bulan konflik, rumah sakit dan fasilitas medis telah menjadi sasaran berulang dalam operasi militer Israel. Laporan dari lembaga hak asasi manusia dan organisasi internasional yang berafiliasi dengan PBB menyebut bahwa sistem kesehatan Gaza mengalami kehancuran akibat serangan-serangan tersebut.

Sementara itu, di Gaza selatan, tepatnya di Khan Younis, serangan udara lainnya menargetkan pusat distribusi bantuan yang dikelola oleh Gaza Humanitarian Foundation (GHF)—organisasi yang disebut-sebut mendapat dukungan dari AS dan Israel. Sedikitnya 15 warga sipil yang sedang mengantre bantuan tewas dan sekitar 50 lainnya luka-luka. Sejak GHF mulai mengelola bantuan di wilayah tersebut akhir Mei lalu, hampir 600 warga Palestina telah tewas di titik-titik distribusi makanan akibat serangan militer.

PBB mencatat bahwa lebih dari 80% wilayah Gaza kini berada di bawah status zona militer atau diperintahkan untuk evakuasi paksa, menambah penderitaan warga sipil yang telah lama hidup dalam keterbatasan dan blokade.

Serangan terbaru ini berlangsung di tengah upaya diplomatik baru. Delegasi Israel, termasuk Menteri Urusan Strategis Ron Dermer, dijadwalkan berada di Washington, D.C. untuk merundingkan gencatan senjata yang difasilitasi oleh pemerintahan Presiden AS Donald Trump. Pihak Qatar, sebagai mediator utama, menyatakan adanya dorongan kuat dari AS untuk melanjutkan pembicaraan damai, meskipun menghadapi banyak hambatan teknis dan politis.

Komentar