Sambut Imlek, Menag Yaqut Bicara Pentingnya Ajaran Kebajikan Konghucu

JurnalPatroliNews, Jakarta – Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas menyampaikan pesan saat perayaan Tahun Baru Imlek 2572 Kongzili. Di momen perayaan ini, Yaqut menyampaikan pentingnya menghayati ajaran kebajikan yang diajarkan agama Konghucu.

“Hikmah perayaan tahun baru imlek nasional 2572 yang tidak kalah pentingnya adalah menginternalisasikan intisari ajaran kebajikan dari Konghucu. Hal ini penting karena ajaran kebajikan akan mengantarkan kepada kedamaian dan keselarasan hidup yang dibutuhkan saat ini,” kata Yaqut dalam acara Perayaan Tahun Baru Imlek Nasional 2572 Kongzili Doa Untuk Indonesia yang digelar virtual, Minggu (14/2/2021).

Yaqut menyadari perbuatan baik yang diajarkan agama Konghucu sangat berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Ajaran ini meliputi berbakti kepada orang tua hingga perilaku mawas diri. Ia meyakini ajaran hal ini mampu menjadikan masyarakat semakin kuat dalam menghadapi rintangan.

“Ajaran kebajikan seperti berbakti kepada orang tua dan guru, kasih sayang, sikap setia kepada negara, sikap amanah, sopan santun dan bersusila, berpegang teguh kepada kebenaran, hidup sederhana, mawas diri dan rasa malu jika melanggar etika dan budi pekerti merupakan sejumlah nilai kebajikan yang terus relevan dan penting untuk dipraktekkan,”imbuhnya.

“Apabila kita bisa meresapi dan melaksanakan hal ini secara konsisten, niscaya kita akan sanggup menghadapi tantangan baik yang datangnya dari dalam maupun berasal dari luar,” lanjutnya.

Lebih jauh, Gus Yaqut, panggilan akrab Menag Yaqut, mengimbau masyarakat untuk tak merayakan imlek secara meriah di tengah pandemi COVID-19. ia meminta supaya masyarakat dapat meningkatkan kepatuhan protokol kesehatan COVID-19. Hal ini, sebut Yaqut, sesuai dengan keyakinan umat Konghucu mengenai pembaharuan diri.

“Saya berharap semua dirayakan dengan sederhana. Tidak ada sekali lagi pesta pora, gunakanlah kesempatan momentum untuk merayakan tahun baru ini untuk bersama-sama kita memperketat pelaksanaan protokol kesehatan untuk menghidari kita semua terpapar COVID-19,” ujarnya.

“Seperti nabi Kongzi mengatakan, menurut keyakinan umat Konghucu beliau pernah mengatakan, bila suatu hari dapat membaharui diri, perbaharui lah terus setiap hari dan jagalah baharu selama-lamanya. Perayaan imlek adalah kesempatan bagi umat Konghucu untuk memperbaharui semangat dalam rangka menggemilangkan kebajikan yang pokok itu,” lanjutnya.

Kemudian, Gus Yaqut juga menyoroti peran agama dan negara dalam membangun bangsa Indonesia. Menurutnya, kedua unsur ini tak bisa dipisahkan dan melekat di masyarakat Indonesia.

“Persaudaraan kita sebagai sebuah bangsa tidak boleh terganggu apalagi sampai tercerai berai hanya karena perbedaan etnis dan perbedaan agama yang kita yakini. Agama dan negara saling membutuhkan dan saling mengokohkan untuk mewujudkan peradaban sebuah bangsa. Penguatan identitas keagamaan, di satu sisi penguatan identitas kebangsaan di sisi yang lain tidak boleh dipisahkan apalagi dipertentangkan,” tegasnya.

Untuk itu, ia meminta supaya perbedaan agama tak menimbulkan perpecahan bangsa.

“Konsep itu harus tetap diletakkan di dalam satu kotak untuk melahirkan moderasi beragama dan bernegara. Kesalehan beragama dan loyalitas bernegara harus saling mendukung satu sama lain. Kita dapat menjadi umat beragama yang saleh sekaligus menjadi warga negara yang baik,” ujarnya.

(dtk)

Komentar