Namun, ia mengingatkan bahwa kebijakan tersebut harus mempertimbangkan beban suku bunga global yang saat ini masih tinggi, terutama karena kebijakan moneter Bank Sentral AS, The Federal Reserve, yang cenderung menetapkan suku bunga tinggi untuk jangka waktu yang lama.
Meski demikian, Yusuf optimistis bahwa dengan kemungkinan The Fed menurunkan suku bunga acuan Fed Fund Rate pada akhir tahun ini, pemerintahan mendatang memiliki peluang untuk menerapkan debt switch dengan cara membeli utang jatuh tempo dan menggantinya dengan utang baru yang memiliki imbal hasil lebih rendah.
“Jika dalam beberapa tahun mendatang suku bunga acuan sudah lebih rendah dibandingkan posisi saat ini, maka pemerintah memiliki peluang untuk melakukan debt switch, yaitu membeli kembali utang jatuh tempo dan menggantinya dengan surat utang berimbal hasil lebih rendah,” ujar Yusuf.
“Imbal hasil ini umumnya dipengaruhi oleh kondisi suku bunga acuan. Harapannya, dengan melakukan debt switch, beban pembayaran pokok dan bunga utang dapat disesuaikan ke level yang lebih menguntungkan bagi pemerintah,” tambahnya.
Selain itu, Yusuf menyarankan bahwa pemerintah dapat mengandalkan sisa anggaran lebih (SAL) dari tahun anggaran sebelumnya. Namun, SAL ini akan muncul jika penerimaan negara lebih besar dibandingkan belanja pada tahun 2024.
“Dalam jangka pendek, katakanlah dua atau tiga tahun ke depan, jika pemerintah dapat melakukan ekstensifikasi pajak, peluang untuk mendapatkan SAL guna pembayaran utang masih terbuka,” kata Yusuf.
Komentar