JurnalPatroliNews – Jakarta – AS kini sedang melakukan uji coba pada versi baru jet tempur F-16 yang memiliki kemampuan untuk terbang sendiri dan bahkan berduel secara otomatis. Inovasi ini membawa kita lebih dekat kepada era di mana pesawat tempur dapat beroperasi tanpa kehadiran pilot.
Angkatan Udara Amerika Serikat sedang menguji versi jet tempur F-16 yang memiliki kemampuan otonom ini. Mereka begitu yakin dengan teknologinya hingga Menteri Angkatan Udara Frank Kendall bahkan bersedia menjadi penumpang dalam uji coba tersebut.
Sebagaimana dilansir detikINET, Menteri Angkatan Udara Frank Kendall menyatakan ketertarikannya untuk menjadi penumpang dalam pesawat F-16 yang mampu terbang sendiri ini guna mengamati kinerjanya secara langsung.
“Akan ada seorang pilot bersama saya yang hanya akan menonton, seperti saya, ketika teknologi otonom ini bekerja. Mudah-mudahan dia atau saya tidak diperlukan untuk menerbangkan pesawat itu ” kata Kendal.
Jika teknologi ini berhasil dikembangkan sepenuhnya, akan membawa dampak signifikan dalam hal kecerdasan, efisiensi, dan biaya operasional pesawat tempur. Selain itu, ada kabar bahwa Angkatan Udara AS telah memesan armada drone sebanyak 1.000 unit yang akan dioperasikan dengan kecerdasan buatan dan mampu melakukan manuver yang lebih berisiko dibandingkan pesawat yang dioperasikan secara manual.
Biaya pengembangan pesawat otonom ini diperkirakan berkisar antara USD 10 hingga USD 20 juta per unit, jauh lebih murah dibandingkan dengan pesawat tempur konvensional yang dioperasikan secara manual.
Pesawat ini akan dibangun dengan menggunakan bahan-bahan yang lebih murah dengan tujuan untuk menjalani beberapa misi sebelum akhirnya dihancurkan. Sebagai perbandingan, biaya satu unit pesawat F-35 mencapai USD 100 juta, sementara pembom B-21 memiliki harga sekitar USD 750 juta.
Armada drone ini dirancang khusus dengan mempertimbangkan potensi konflik di masa depan dengan China. Pentagon diperkirakan akan memilih dua perusahaan untuk menyelesaikan ratusan pesawat dalam waktu lima tahun ke depan.
Meski memiliki potensi yang besar, sistem yang sepenuhnya otonom juga mendapat reaksi negatif dari mereka yang khawatir dengan risiko mengandalkan kecerdasan buatan untuk mengambil keputusan strategis.
Pada tahun 2019, Sekjen PBB Antonio Guterres menegaskan bahwa penggunaan mesin dengan kemampuan untuk mengambil keputusan yang berujung pada kematian tanpa adanya intervensi manusia tidak dapat diterima secara politik, tidak etis secara moral, dan harus dilarang oleh hukum internasional.
Komentar