Industri Otomotif AS Menjerit: Biaya Produksi Melonjak
Langkah Trump ini berdampak langsung ke sektor otomotif dalam negeri. Mengacu pada laporan Reuters, tarif baru bisa menambah beban biaya hingga US$12.000 per unit mobil impor, naik drastis dari sebelumnya sekitar US$2.000–3.000. Mobil seperti Mercedes G-Class, Range Rover, hingga Ford Mach-E menjadi yang paling terdampak.
Bahkan kendaraan buatan AS seperti Ford Explorer, yang dirakit di Chicago, awalnya terdampak tarif sekitar US$4.300, namun kini bisa berkurang menjadi US$2.400. Pemerintah Trump juga memberi tenggat dua tahun bagi produsen untuk meningkatkan kandungan komponen lokal di kendaraan dalam negeri.
Elon Musk Perlahan Mundur dari Lingkaran Kekuasaan Trump
Nama Elon Musk kembali jadi perbincangan setelah jarang terlihat di Gedung Putih. Meski secara resmi belum mengundurkan diri dari peran konsultatif di kantor Departemen Efisiensi Pemerintah (DOGE), CEO Tesla itu dilaporkan mulai menarik diri secara perlahan. Kepala staf Gedung Putih, Susie Wiles, mengaku hanya berkomunikasi dengan Musk lewat telepon.
Menurut laporan, Musk akan mengurangi peran aktifnya hingga akhir Mei guna fokus memulihkan performa Tesla. Ia hanya akan memberi masukan secara informal dan belum jelas apakah akan kembali aktif hadir secara fisik di Gedung Putih.
Trump Tekan Iran, Dunia Dagang Internasional Bergejolak
Dalam langkah terpisah, Presiden Trump kembali menegaskan sikap kerasnya terhadap Iran. Dalam pernyataan terbaru, ia menyebut bahwa negara atau individu yang membeli minyak atau produk petrokimia dari Iran akan langsung dijatuhi sanksi dan dilarang berbisnis dengan AS.
Pernyataan ini langsung menggerakkan pasar. Harga minyak mentah AS naik hampir 2% menjadi US$59,24 per barel, sementara minyak Brent naik ke US$62,13. Tekanan ini merupakan bagian dari kampanye “tekanan maksimum” Trump terhadap Teheran, meskipun di saat yang sama negosiasi nuklir dengan Iran tetap berjalan diam-diam di Oman.
Laba Shell Amblas, Trump Jadi Biang Keroknya?
Raksasa energi global Shell melaporkan penurunan laba bersih sebesar 35% pada kuartal pertama 2025, menjadi US$4,8 miliar. Penyebab utamanya adalah pelemahan harga minyak dunia yang dipicu kekhawatiran pasar terhadap kebijakan dagang Trump yang bisa memperlambat pertumbuhan ekonomi global.
Pendapatan total Shell ikut turun dari US$74,7 miliar menjadi US$70,2 miliar. Meski demikian, perusahaan tetap optimis dan meluncurkan program pembelian kembali saham senilai US$3,5 miliar untuk meredam kekhawatiran investor.
Shell juga disebut mulai menarik diri dari proyek-proyek energi hijau dan kembali fokus ke sektor minyak dan gas tradisional. Kompetitornya, BP, mengalami penurunan lebih tajam dengan laba hanya US$687 juta, anjlok 70% dibanding tahun sebelumnya.
Komentar