Menhan Australia Sebut-sebut Indonesia Saat Bicara Soal China

JurnalPatroliNews Jakarta –  Amerika Serikat, Inggris dan Australia telah menyepakati aliansi pertahanan baru di tengah meningkatnya ancaman China. Menteri Pertahanan (Menhan) Australia Peter Dutton menyebut kesepakatan aliansi yang diberi nama AUKUS itu adalah “keputusan bersejarah” dalam sejarah Australia, dan merupakan respons terhadap meningkatnya ancaman China di kawasan itu.

Yang menarik, dalam komentarnya, Dutton menyebut-nyebut Indonesia.

“Apa yang diinginkan Australia? Kami ingin perdamaian berkelanjutan di kawasan kami, kami menginginkan stabilitas, kami ingin ada kesempatan bagi Indonesia, Vietnam dan Sri Lanka dan Korea untuk terus berkembang dan memberikan standar hidup yang lebih baik bagi rakyat mereka dan hasil kesehatan yang lebih baik,” kata Dutton seperti diberitakan Sky News, Jumat (17/9/2021).

“Itu adalah kesuksesan untuk dunia dan kita perlu memastikan itu bertahan lama,” imbuhnya.

Dutton juga menyebut Indonesia, Vietnam, dan Korea Selatan sebagai mitra Australia di kawasan.

“Mereka memahami nilai-nilai yang kami anut dan bahwa kami telah secara konsisten menganutnya untuk jangka waktu yang lama,” katanya.

Dutton mengatakan kemitraan baru dengan AS dan Inggris ini muncul di tengah kebutuhan untuk menghadapi ancaman “nyata dan meningkat”.

“Ini adalah keputusan bersejarah dan kami sangat berterima kasih atas hubungan kami dengan Amerika dan Inggris,” katanya.

“Ini telah menjadi proyek yang telah dikerjakan untuk jangka waktu yang sangat lama dan ini tentang menangani ancaman dan ancaman itu nyata dan meningkat, kita harus sangat jujur tentang itu,” ujarnya.

Inisiatif pertama AUKUS adalah kolaborasi kapal selam bertenaga nuklir untuk Angkatan Laut Australia. Dengan kesepakatan tersebut, berarti Australia membatalkan perjanjian pembelian kapal selam rancangan Prancis.

Seperti diberitakan BBC, pada 2016 lalu, Prancis memenangkan kontrak pembuatan 12 kapal selam untuk Angkatan Laut Australia sebesar A$50 miliar (Rp 522 triliun). Namun, proyek tersebut mengalami penundaan karena Australia mengajukan syarat agar pembuatan kapal selam itu menggunakan banyak komponen dalam negeri.

Menteri Luar Negeri (Menlu) Prancis Jean-Yves Le Drian telah mengungkapkan kemarahannya atas keputusan mengejutkan Australia untuk membatalkan kesepakatan kapal selam demi kapal selam bertenaga nuklir dari Amerika Serikat.

“Ini benar-benar menikam dari belakang. Kita telah menjalin hubungan kepercayaan dengan Australia, kepercayaan ini telah dikhianati,” ujar Jean-Yves Le Drian kepada radio France Info.

Komentar