Nama Hashd al-Shaabi Meski Sering Difitnah, Tetap Harum di Irak

Jurnalpatrolinews – Bagdhdad : Penghinaan seorang anggota senior Partai Demokrat Kurdistan terhadap Hashd al-Shaabi menuai reaksi luas dari berbagai kalangan di Irak. Di antara reaksinya adalah unjuk rasa masyarakat memprotes penghinaan tersebut dengan membakar markas Partai Demokrat Kurdistan di Baghdad.

Mantan Menteri Keuangan Irak dan juga anggota senior Partai Demokrat Kurdistan Hoshyar Zebari baru-baru ini merespon serangan terhadap pangkalan militer Amerika Serikat di Arbil (Erbil).

Zebari menuduh Hashd al-Shaabi sebagai dalang dari serangan tersebut, dan dia dengan nada menghina, mengatakan, kelompok ini menyerang pangkalan militer AS seperti Daesh (ISIS) menyerang Baghdad dan Arbil.

Pada Juni 2014, kelompok teroris Daesh menduduki Mosul, ibu kota Provinsi Nineveh. Serangan Daesh ini mengejutkan semua politisi dan masyarakat Irak.

Tak lama setelah itu, Marja’ Besar Irak Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Sistani mengeluarkan fatwa tentang pembentukan pasukan sukarelawan rakyat, Hashd al-Shaabi untuk menghadapi dan menumpas teroris Daesh di berbagai wilayah Irak.

Sejak pembentukan pasukan sukarelawan tersebut, dimulailah perlawanan terhadap Daesh dan perjuangan mereka selama sekitar empat tahun tidak sia-sia. Berbagai wilayah Irak yang diduduki Daesh berhasil dibebaskan dan kejahatan teroris takfiri ini berakhir, meski sekarang sisa-sisanya masih ada dan bersembunyi di perbatasan.

Rakyat Irak memahami dengan baik bahwa kehancuran teroris Daesh di negara mereka berkat perjuangan dan pengorbanan pasukan Hashd al-Shaabi. Namun, kubu liberal, dan mereka yang pro Barat, serta beberapa kelompok sektarian selalu menyudutkan dan menghina Hashd al-Shaabi.

Penghinaan tersebut sebagian besar disebabkan oleh identitas independen Hashd al-Shaabi dan penekanannya pada kemerdekaan politik dan keamanan Irak, di mana kemerdekaan dan kemandirian seperti ini tidak bisa diterima oleh sebagian pihak di Irak, dan oleh kekuatan Barat yang dipimpin oleh AS dan poros Arab yang dipimpin oleh Arab Saudi.

Ini bukan pertama kalinya Hashd al-Shaabi dihina, dituduh dan direndahkan. Setelah kekalahan ISIS di Irak, AS dan Arab Saudi serta beberapa gerakan yang dekat dengan kedua negara ini  menuduh Hashd al-Shaabi membuat keonaran di kawasan warga Sunni Irak. Tuduhan-tuduhan ini dilontarkan tanpa bukti apapun.

Sebelum pemilu parlemen Irak, para penentang Hashd al-Shaabi juga berusaha keras untuk mencegahnya maju dalam pemilu dengan cara melontarkan beragam tuduhan dan sabotase, tetapi koalisi Al Fatah yang didukung Hashd al-Shaabi berhasil meraih kursi terbanyak setelah koalisi Sairun.

Putaran baru penghinaan terhadap Hashd al-Shaabi dimulai ketika AS dan militernya berada di bawah tekanan Irak agar meninggalkan negara ini, dan di sisi lain, tempat-tempat diplomatik mereka di Irak telah menjadi sasaran serangan beberapa kelompok, di mana Hashd al-Shaabi mengutuk serangan tersebut.

Penghinaan terbaru oleh Hosyyar Zebari terhadap Hashd al-Shaabi menuai respon luas dari kalangan politik dan masyarkat di Irak. Banyak politisi Irak mengutuk pernyataan yang menghina itu. Mereka juga memuji peran konstruktif Hashd al-Shaabi dalam menciptakan keamanan Irak dan Wilayah Kurdistan.

Penghinaan beruntun ini tampaknya disebabkan oleh keamanan dan kemerdekaan politik Irak oleh Hashd al-Shaabi. Jassim al-Aliyawi, pejabat senior Koalisi al-Nasr memuji Hashd al-Shaabi dan pencapaiannya yang luar biasa dalam perang untuk membebaskan Irak dari pendudukan kelompok teroris Daesh.

“Musuh-musuh Irak tidak menginginkan adanya kekuatan yang siap seperti ini dan juga kekuatan yang mampu mengatasi krisis keamanan, sebab, mereka berusaha untuk membuat Irak tetap lemah,” ujarnya.

Komentar