Pembukaan Perbatasan Australia Diwarnai Haru

JurnalPatroliNews – Sydney – Perbatasan internasional Australia akhirnya kembali dibuka setelah nyaris 20 bulan dibatasi ketat. Pembukaan ini terasa begitu emosional bagi warga Australia.

Suasana haru itu terlihat di Bandara Sydney dan Melbourne ketika satu per satu orang berdatangan. Mereka menyapa, memeluk, bahkan sampai menangis karena akhirnya dapat kembali berkumpul bersama orang yang dicintai.

Dilansir dari CNN, Senin (1/11/2021) di bandara Sydney terlihat sejumlah orang yang memegang bunga, yang lain membawa papan penanda yang mengindikasikan selamat datang. Seorang perempuan terlihat menangis ketika memeluk putrinya di terminal kedatangan.

“Aku sangat mencintaimu,” katanya.

Sebagaimana diketahui, Australia adalah salah satu negara pertama yang menutup perbatasan untuk perjalanan internasional sejak Maret 2020. Tak lama setelah pandemi COVID-19 masuk ke sana, pemerintah mengatakan hanya warga negara dan penduduk tetap yang boleh masuk.

Mereka juga harus menjalani karantina selama 2 minggu di hotel. Sistem kuota juga sangat membatasi jumlah orang yang bisa datang setiap hari.

Namun saat peluncuran vaksinasi Australia dipercepat pada bulan September dan Oktober, Perdana Menteri Scott Morrison mengatakan warga negara dan penduduk tetap yang sudah menerima vaksin dosis kedua akan diizinkan melakukan perjalanan internasional. Kebijakan itu dimulai pada 1 November 2021.

Sampai saat ini, hanya negara bagian New South Wales dan Victoria yang lebih dari 80% warganya sudah divaksinasi. Sehingga hanya kedua negara bagian ini yang melonggarkan pembatasan kedatangan internasional.

Di tengah reuni yang mengharukan itu, beberapa pelancong menanggung luka emosional karena pembatasan perjalanan. Salah satunya Nick Castello yang tiba dari Los Angeles.

Ia terbang dari Los Angeles ke Australia untuk menghadiri pemakaman ayahnya. Sungguh disayangkan, ia tidak sempat bertemu langsung sebelum ayahnya meninggal.

“Saya sudah berusaha untuk kembali selama beberapa bulan terakhir untuk melihat ayah saya. Saya merasa ada biaya yang sangat besar yang harus dibayarkan banyak warga negara Australia yang tinggal di tempat lain atau yang bepergian ke luar negeri,” ujarnya.

Kebijakan penutupan perbatasan ini telah lama menjadi kontroversi karena menyebabkan puluhan ribu warga Australia terdampar di luar negeri selama berbulan-bulan. Mereka tak bisa kembali karena kurangnya ruang karantina dan penerbangan yang ditiadakan.

Komentar