Perpecahan Arab Menguat, Kematian Nasrallah Picu Sentimen Syiah-Sunni

JurnalPatroliNews – Jakarta – Negara-negara Arab, yang sebagian besar beraliran Sunni, terpecah sikapnya terkait pembunuhan pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah oleh Israel.

Beberapa negara Arab yang telah menormalisasi hubungan dengan Israel tampak mengambil sikap diam, sementara lainnya menunjukkan reaksi yang beragam.

Arab Saudi dan Negara Teluk Tetap Bungkam

Sebagian besar negara-negara Teluk, yang didominasi Sunni, tidak secara langsung menyebut Nasrallah dalam pernyataan resmi mereka. Arab Saudi, meski mengungkapkan “kekhawatiran serius” terhadap situasi di Lebanon, tidak menyebutkan kematian Nasrallah dalam pernyataan mereka. Begitu pula dengan negara-negara seperti Qatar, Uni Emirat Arab (UEA), dan Bahrain, yang belum mengeluarkan komentar terkait pembunuhan ini. UEA dan Bahrain sebelumnya menormalisasi hubungan dengan Israel pada 2020, sementara Bahrain memiliki sejarah ketegangan dengan komunitas Syiah di negaranya.

Respon Bahrain dan Demonstrasi Syiah

Meski pemerintah Bahrain bungkam, stasiun televisi pro-Iran, LuaLua TV, menayangkan pawai kecil untuk mengenang Nasrallah, meskipun demonstrasi tersebut dilaporkan ditindas oleh rezim Bahrain. Situs oposisi Bahrain, Bahrain Mirror, juga melaporkan penangkapan seorang ulama Syiah karena menyampaikan belasungkawa atas kematian Nasrallah.

Mesir Bersikap Hati-Hati, Suriah dan Irak Berkabung

Presiden Mesir, Abdel Fattah al-Sisi, berbicara dengan Perdana Menteri Lebanon, Najib Mikati, dan menegaskan pentingnya menjaga kedaulatan Lebanon. Namun, Mesir juga tidak menyebut Nasrallah secara eksplisit. Meski Mesir sering mengkritik Iran, negara tersebut tetap menjaga kontak diplomatik dengan Teheran. Di sisi lain, Suriah dan Irak mengumumkan masa berkabung selama tiga hari sebagai penghormatan atas kematian Nasrallah.

Komentar