JurnalPatroliNews – Jakarta – Setelah menemukan kesepakatan sementara terkait tarif impor produk Kanada dan Meksiko, Presiden Donald Trump kini dihadapkan pada tantangan baru.
Kebijakan peningkatan tarif impor sebesar 10 persen untuk produk asal China mulai berlaku, yang mengancam impor komponen otomotif China senilai lebih dari $10 miliar atau sekitar Rp160 triliun per tahun.
Dampak dari kebijakan ini terasa pada pasar saham, terutama di sektor otomotif. Saham Ford Motor anjlok lebih dari 4,5 persen di Wall Street, dengan saham teknologi seperti Qualcomm, Arm, dan Skyworks Solution juga mengalami penurunan tajam.
Namun, meskipun sejumlah saham terkemuka di sektor teknologi terpuruk, indeks Wall Street secara keseluruhan mampu mencatatkan sedikit kenaikan, meski dalam rentang moderat. Optimisme tersebut pun diteruskan di pasar Asia pada Kamis, 6 Februari 2025, meskipun sentimen regional cukup terbatas.
Sentimen Positif dari Australia dan India
Indeks ASX200 di Australia berhasil mencatatkan kenaikan signifikan sebesar 1,23 persen setelah laporan surplus perdagangan Australia di bulan Desember 2024 sebesar AU$5,09 miliar mendapat respons positif. Sementara itu, Bank Sentral India (RBI) mengumumkan rencana untuk menurunkan suku bunga menjadi 6,25 persen, yang bertujuan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi India yang saat ini melambat.
Dengan adanya faktor-faktor ini, bursa Asia berusaha mempertahankan angka positif, seperti yang terlihat pada Indeks Nikkei Jepang yang naik 0,61 persen, ASX200 Australia yang melonjak 1,23 persen, dan KOSPI Korea Selatan yang menguat 1,1 persen. Namun, masih ada kekhawatiran atas dampak kebijakan tarif Trump terhadap hubungan dagang AS-China.
IHSG Tertekan, Turun Tajam ke Bawah 7.000
Meski pasar Asia umumnya mencoba bertahan, IHSG Indonesia justru mengalami penurunan tajam. Tekanan jual yang agresif di pasar domestik membuat IHSG terperosok jauh di bawah level psikologis 7.000, menutup sesi perdagangan dengan penurunan signifikan sebesar 2,12 persen, berada di angka 6.875,53.
Kinerja buruk ini dipengaruhi oleh lemahnya sentimen domestik yang ada, membuat IHSG tidak mampu bertahan dari tekanan pasar. Saham-saham unggulan yang tergabung dalam indeks IDXHIDIV20 dan IDXBUMN20 juga mengalami penurunan tajam, masing-masing turun 3,67 persen dan 3,84 persen.
Bursa saham Indonesia ditutup dengan banyak saham unggulan yang mengalami penurunan, seperti BBRI, BMRI, BBNI, BBCA, TLKM, ASII, ADRO, UNTR, BBTN, ISAT, SMGR, ITMG, UNVR, dan PGAS. Satu-satunya saham yang menunjukkan sedikit kenaikan adalah ICBP.