Turki Dilanda Gempa Dahsyat! Erdogan Umumkan Keadaan Darurat Di 10 Provinsi, Ribuan Anak Diprediksi Meninggal

JurnalPatroliNews – Anakya,- Korban tewas akibat gempa dahsyat di Turki dan Suriah melonjak menjadi lebih dari 7.800 jiwa pada Selasa (7/2/2023) malam. Sementara tim penyelamat terus bekerja di tengah suhu musim dingin yang menusuk, menggali puing-puing bangunan yang runtuh untuk mencari korban yang selamat. Reuters melansir, jumlah korban tewas akibat bencana alam tersebut tampaknya bakal meningkat secara signifikan. Seorang pejabat PBB mengatakan ribuan anak mungkin telah meninggal.

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan telah mengumumkan keadaan darurat di 10 provinsi. Akan tetapi, penduduk di beberapa kota Turki yang hancur akibat gempa menilai tanggapan pihak berwenang atas bencana itu berjalan lambat dan tidak memadai. “Bahkan tidak ada satu orang pun di sini. Kami berada di bawah salju, tanpa rumah, tanpa apa-apa,” kata salah satu penduduk Kota Malatya, Murat Alinak, Selasa (7/2/2023). Rumah pria itu runtuh dan para kerabatnya hilang karena gempa. “Apa yang harus saya lakukan, ke mana saya bisa pergi?” ujarnya.

Pada Senin (6/2/2023) pagi, gempa bumi besar berkekuatan magnitudo 7,8 mengguncang sebagian Turki dan Suriah. Beberapa gempa susulan yang kuat datang sesudah itu. Pada siangnya, gempa kedua yang hampir sama dahsyatnya (magnitudo 7,7) kembali mengguncang kedua negara. Bencana tersebut menyebabkan runtuhnya ribuan bangunan termasuk rumah sakit, sekolah, dan apartemen. Gempa besar itu juga melukai puluhan ribu orang, dan menyebabkan banyak penduduk kehilangan tempat tinggal di Turki dan Suriah Utara.

Erdogan menyatakan 10 provinsi Turki sebagai zona bencana dan memberlakukan keadaan darurat selama tiga bulan. Pemerintah akan membuka hotel di pusat-pusat wisata Antalya untuk sementara menampung orang-orang yang terkena dampak gempa. Wakil Presiden Turki, Fuat Oktay mengatakan, korban tewas akibat gempa di negaranya naik menjadi 5.894 jiwa. Sementara itu, lebih dari 34.000 terluka. Adapun di Suriah, jumlah korban meninggal setidaknya mencapai 1.932 jiwa, menurut data pemerintah dan petugas layanan penyelamatan di wilayah barat laut negara itu yang dikuasai pemberontak.

Komentar