JurnalPatroliNews – Jakarta –Kepala Biro Politik Hamas, Yahya Sinwar, hampir tertangkap oleh militer Israel di terowongan Gaza awal tahun ini. Kejadian dramatis ini terjadi ketika pasukan Israel berada sangat dekat untuk menangkap Sinwar, tetapi dia berhasil melarikan diri pada saat-saat terakhir.
Menurut Jenderal Dan Goldfus dari Divisi ke-98 Angkatan Bersenjata Israel (IDF), Sinwar nyaris ditangkap dalam sebuah operasi besar di terowongan bawah tanah. Dalam sebuah wawancara mendalam dengan Channel 12 yang disiarkan pada Kamis (15/8/2024), Goldfus mengungkapkan betapa dekatnya mereka dengan penangkapan tersebut.
“Kami hampir sampai,” ungkap Goldfus. “Kami sudah berada di kompleksnya, hingga ke bagian bawah tanah terowongan. Kondisinya sangat panas di sana.” Jenderal Goldfus menambahkan bahwa pasukannya juga menemukan sejumlah uang yang tersembunyi dan kopi yang masih panas, menunjukkan bahwa mereka baru saja pergi.
“Senjata-senjata berserakan di mana-mana,” tambah Goldfus. “Kami benar-benar berada hanya beberapa menit dari menangkapnya.”
Kejadian ini terjadi di tengah konflik yang sudah berlangsung sejak Oktober lalu antara Israel dan Gaza. Menurut laporan terbaru dari media Turki Anadolu, konflik ini telah mengakibatkan kematian 39.929 warga Palestina, dengan 92.240 orang terluka. Meski Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu sering mengklaim bahwa kemenangan sudah di depan mata, terdapat ketidakpuasan di kalangan militer Israel sendiri.
Baru-baru ini, sekitar 100 perwira cadangan Israel mengungkapkan ketidaksetujuan mereka terhadap klaim kemenangan tersebut. Dalam sebuah surat yang ditujukan kepada Kepala Staf Herzi Halevi, mereka menegaskan bahwa situasi di lapangan masih jauh dari kata kemenangan. Surat tersebut menyebutkan, “Dalam beberapa hari terakhir, kami dikejutkan oleh pernyataan berulang kali dari pejabat senior militer bahwa kemenangan sudah di depan mata dan memungkinkan untuk beralih ke tahap serangan terarah. Kami yang datang dari lapangan tahu betul bahwa situasi masih jauh dari kemenangan.”
Yahya Sinwar, yang kini memimpin Hamas setelah penggantian Ismail Haniyeh, menjadi figur penting dalam konflik ini. Haniyeh sendiri tewas di Teheran, Iran, dalam sebuah operasi pembunuhan yang diyakini dilakukan oleh Mossad. Kematian Haniyeh memicu kemarahan Iran dan proksinya, yang berjanji akan membalas dendam terhadap Israel. Ini menambah kekhawatiran akan kemungkinan eskalasi konflik yang lebih besar di kawasan.
Komentar