Lebih Murah dari Daging, Ikan Harus Jadi Menu Utama Program MBG

JurnalPatroliNews – Jakarta – Indonesia, sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, memiliki kekayaan laut yang melimpah, termasuk produksi ikan yang berlimpah.

Potensi ini dapat dimanfaatkan secara maksimal melalui program nasional Makan Bergizi Gratis (MBG), yang dirancang untuk meningkatkan gizi masyarakat, terutama anak-anak dan ibu hamil, serta mengatasi masalah stunting, salah satu prioritas Presiden Prabowo Subianto.

Ikan merupakan sumber protein berkualitas tinggi, kaya asam lemak omega-3, vitamin D, kalsium, dan fosfor. Nutrisi ini penting untuk perkembangan otak, kesehatan jantung, dan pertumbuhan tulang.

Mengintegrasikan ikan sebagai menu utama dalam program MBG tidak hanya memenuhi kebutuhan gizi masyarakat, tetapi juga mendukung keberagaman pangan yang relevan dengan kondisi lokal.

“Ikan adalah solusi potensial untuk kebutuhan gizi nasional. Ketersediaannya yang melimpah memungkinkan kita menyediakan makanan sehat dan terjangkau bagi masyarakat,” ujar DR. Capt. Marcellus Hakeng Jayawibawa, pengamat maritim dari Ikatan Alumni Lemhannas Strategic Center, pada Jumat, 17 Januari 2025.

Tantangan Pelaksanaan Program MBG Berbasis Ikan

Program MBG, yang diluncurkan pada 6 Januari 2025, menghadapi sejumlah tantangan signifikan. Hingga saat ini, dari target awal 3 juta penerima manfaat, baru 600.000 yang dapat dijangkau. Faktor seperti keterbatasan infrastruktur, logistik, dan anggaran menjadi kendala utama.

Distribusi ikan, sebagai bahan pangan yang mudah rusak, membutuhkan rantai pasok yang efisien, termasuk fasilitas penyimpanan dingin (cold storage).

Penurunan anggaran per porsi dari Rp15.000 menjadi Rp10.000 juga berdampak pada kualitas gizi yang bisa disediakan. Selain itu, akses yang tidak merata terhadap bahan baku lokal di berbagai wilayah menyebabkan ketimpangan kualitas menu.

Selain meningkatkan gizi, program MBG berbasis ikan dapat memberikan dampak positif pada perekonomian lokal. Dengan lebih dari 2 juta nelayan tradisional di Indonesia, meningkatnya permintaan ikan menciptakan pasar yang stabil, memperbaiki kesejahteraan nelayan, dan mengurangi kesenjangan ekonomi.

“Program ini tidak hanya fokus pada gizi, tetapi juga membuka peluang bagi nelayan untuk memperoleh penghasilan yang lebih baik. Ini adalah langkah strategis untuk memperkuat ketahanan pangan berbasis sumber daya lokal,” jelas Capt. Hakeng, yang juga Dewan Pakar dari Pengurus Pusat Pemuda Katolik.

Penguatan logistik menjadi kunci keberhasilan program ini. Penyediaan cold storage untuk mendukung distribusi ikan segar, serta edukasi masyarakat tentang manfaat ikan dan cara pengolahannya, adalah langkah penting. Kolaborasi antara pemerintah, mitra katering, dan masyarakat juga diperlukan untuk memastikan program berjalan secara berkelanjutan.

Komentar