Benny Susetyo: Keadaban Polisi Harus Dikembalikan 

JurnalPatroliNews – Jakarta – Pakar komunikasi politik, Antonius Benny Susetyo, menyerukan bahwa saat ini adalah saat yang tepat untuk keadaban Polisi Republik Indonesia (Polri) diperbaiki dan dikembalikan. Hal ini dia ungkapkan dalam video Youtube di kanal Rumah Kebudayaan Nusantara (RKN) dengan judul ‘KESERAKAHAN MENJADI GAYA HIDUP?’ yang diunggah pada tanggal 14 Oktober 2022. 

Seruan ini menyusul dengan terbitnya berita bahwa Teddy Minahasa Putra, Kapolda Jawa Timur yang baru saja dilantik menyusul peristiwa Kanjuruhan 1 Oktober 2022, telah ditetapkan menjadi tersangka pengedaran dan penyalahgunaan penjualan barang bukti jenis sabu sebesar 5 kilogram. Peristiwa ini juga menyebabkan Kapolri Listyo Sigit Prabowo membatalkan keputusan Teddy Minahasa menjadi Kapolda Jawa Timur. 

“Tertangkapnya seorang perwira tinggi ini membuat wajah kepolisian tercoreng lagi, semenjak kasus pembunuhan yang melibatkan Ferdy Sambo dan peristiwa di Stadion Kanjuruhan Malang. Polisi menghadapi sebuah persoalan kehancuran keadaban kepolisian,” seru Benny dalam video tersebut. 

Menurutnya, polisi telah kehilangan pondasi dalam berperilaku dan bertindak sebagai abdi negara. 

“Moralitas publik dikesampingkan, dan harta milik menjadi satu-satunya tujuan untuk mencapai kebahagiaan,” jelas Staf Khusus Ketua Dewan Pengarah BPIP tersebut. 

Benny menjelaskan bahwa mengejar kekayaan tersebut adalah hal yang semu. 

“Plato menyatakan bahwa harta milik itu sifatnya sementara. Kebahagiaan bukan karena menjadi kaya, tetapi saat orang merasa cukup dan mampu bahagia, ketika mampu menjadi dirinya sendiri,” katanya.

Salah satu pendiri Setarra Institute ini menyatakan bahwa Hoegeng adalah contoh teladan yang harus diikuti polisi di Indonesia. 

“Hoegeng punya integritas, suara hati, dan harga diri. Harga dirinya tidak mau dinilai dengan material. Dia menyadari harta milik hanya sementara, tetapi martabat polisi adalah segala-galanya,” tutur Benny. 

“Manusia yang hanya mengejar harta milik hanya akan menjadi serakah. Manusia yang serakah akan kehilangan kemanusiaannya; martabatnya mampu dibeli dengan satuan uang dan kekayaan,” Benny menyatakan. 

Hal yang sama diserukan juga oleh Presiden Joko Widodo dalam pertemuannya dengan Kapolri, Kapolda, dan Kapolres se-Indonesia pada tanggal 14 Oktober 2022 kemarin. 

“Saya ingatkan masalah gaya hidup, lifestyle, jangan sampai dalam situasi yang sulit ada letupan-letupan sosial karena adanya kecemburuan sosial ekonomi, kecemburuan sosial ekonomi, hati hati. Saya ingatkan yang namanya Kapolres Kapolda yang namanya seluruh pejabat utama, perwira tinggi ngerem total, masalah gaya hidup, jangan gagah gagahan karena merasa punya mobil bagus atau motor gede yang bagus. Hati-hati. Saya ingatkan hati-hati,” ujar Jokowi.

Benny, pakar komunikasi politik ini menyerukan sebuah pemaknaan reformasi diri institusi polisi. 

“Sejalan dengan seruan Presiden, polisi harus berjiwa pelayan publik, membantu masyarakat menjaga ketertiban umum dan membantu masyarakat mengalami kesusahan,” serunya. 

Benny menambahkan bahwa polisi harus belajar mencintai dan menghargai diri sendiri dan orang lain, untuk mengembalikan keadaban polisi. 

“Hargai diri sendiri, tidak terikat pada harta milik. Kalau tidak terikat, kita bisa berbagi. Dengan berbagi, kita memiliki empati. Merasakan penderitaan orang lain juga adalah penderitaannya. Polisi adalah pelayan publik, moralitas, integritas, jujur, tidak mudah disuap, dan memiliki suara hati adalah inti dari seorang polisi.” 

Staf Khusus Ketua Dewan Pengarah BPIP itu memberikan sebuah penutup. 

“Kita percaya Jenderal Listyo Sigit akan mampu menata keadaban polisi. Ini adalah momentum yang pas untuk menjadikan polisi sebagai polisi yang benar, berjiwa Bhayangkara negara, bersih, jujur, dan berempati. Semoga peristiwa ini menjadi penanda bangkitnya keadaban polisi Indonesia.”

Komentar