Dibalik Larangan Jokowi Setop Ekspor, Ternyata Harta Karun Ini Bisa Hidupi RI 240 Tahun

JurnalPatroliNews – Jakarta – Indonesia kaya akan ‘harta karun’ berupa sumber daya alam hasil pertambangan. Seperti contohnya adalah bijih bauksit yang diklaim akan terus ada cadangannya sampai 240 tahun.

Sebagaimana diketahui, atas sumber daya bauksit di tanah air itu, Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) resmi melarang kegiatan ekspor ke luar negeri pada Juni 2023 ini. Hal itu demi meningkatkan nilai tambah melalui hilirisasi di dalam negeri.

Lantas, seberapa potensial bijih bauksit di Indonesia, yang digadang-gadang bisa bertahan hingga 240 tahun?

Menjawab hal itu, Staf Khusus Menteri ESDM Bidang Percepatan Tata Kelola Mineral dan Batu Bara (Minerba), Irwandy Arif mengatakan bahwa Indonesia memiliki sumber daya bauksit peringkat enam di dunia. Terdapat sumber daya sebanyak 6,6 miliar ton sedangkan cadangan bauksit sebesar 3 miliar ton.

Adapun Irwandy mengungkapkan bahwa cadangan yang dimiliki di Indonesia bisa bertahan sampai 240 tahun lamanya dengan tingkat produksi yang ada saat ini.

“Sumber daya kita 6,6 miliar ton, cadangan 3 miliar (ton), Indonesia di peringkat 6, produksi bijih 27,7 juta ton di tahun 2022 ya. Kemudian ketahanan cadangannya masih lama, 240 tahun lagi kalau dengan tingkat produksi yang sekarang,” ungkap Irwandy dalam acara Workshop Mining for Journalist, Bogor, dikutip Kamis (2/3/2023).

Selain itu, dia menyebutkan total produksi di Indonesia sebesar 27,7 juta ton di tahun 2022. Sedangkan yang diimpor sebanyak 20 juta ton, sedangkan sisanya, sebesar 7,8 juta ton bisa terserap dalam negeri.
“Nah kemudian dari 27,7 juta ton bauksit berasal dari 50 IUP, IUP itu belum tentu dengan smelter. Kemudian 7,8 juta ton diserap oleh smelter yang ada,” tambahnya.

Hal ini senada dengan Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) yang sudah bolak-balik menyebutkan akan melakukan penyetopan ekspor mineral mentah, selain bauksit, larangan ekspor juga akan menyasar ke komoditas tembaga dan juga emas.

Seperti yang sudah tertuang dalam Undang-undang Nomor 3 tahun 2020 tentang Pertambangan Mineral dan Batu Bara (Minerba) disebutkan bahwa Indonesia sudah tidak bisa mengekspor mineral mentah mulai Juni 2023 mendatang.

Asosiasi Pengusaha Bauksit dan Bijih Besi Indonesia (APB3I) sebelumnya membeberkan terdapat puluhan juta ton bijih bauksit RI yang berpotensi tidak terserap di dalam negeri. Hal tersebut menyusul rencana pemerintah yang bakal menutup keran ekspor bijih bauksit mulai tahun ini.

Pelaksana Harian Ketua Umum APB3I, Ronald Sulistyanto menilai pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) menjadi solusi agar puluhan juta ton bauksit di Indonesia dapat terserap.

Pasalnya, produksi bijih bauksit di dalam negeri saat ini jumlahnya mencapai 58 juta ton per tahun. Sementara, fasilitas pengolahan Smelter Grade Alumina (SGA) yang ada baru sebatas 2 unit smelter dengan konsumsi bijih bauksit 12 juta ton per tahun.

Artinya masih terdapat selisih 44 juta ton bijih bauksit yang belum terserap. Terutama apabila kebijakan larangan ekspor benar-benar akan diberlakukan mulai Juni 2023.

“Sudah ada RKAB sebanyak 28 perusahaan dan kalau rata rata produksi 2 juta ton per tahun akan mendapatkan 56 juta ton per tahun, konsumsi dalam negeri dengan 2 Smelter SGA yang ada sekitar 12 juta ton per tahun, maka akan ada selisih 44 juta ton per tahun, mau dikemanain,” ujar Ronald kepada rekan media, Kamis (22/12/2022).

Komentar