Pentingnya Peran Ibu Sebagai Agen Kontra Radikalisme Dalam Ranah Perang Asimetris

Terkait dengan hal tersebut, sebenarnya mindset anak muda ini masih bisa dibentuk dengan membangun mindset yang kelak dijadikan Fixed Mindset melalui pendekatan radikal juga, tetapi proses radikalisasi yang bermuatan positif, seperti membangun konsep Cinta Kasih dalam diri serta Pola pikir atau mindset ke si anak, yang kemudian dikembangkan menjadi Cinta Kasih kepada sesama manusia, Cinta kepada bangsanya dan tentu saja cinta kepada negaranya.

Pemahaman ini tentunya harus dibangun sejak anak tersebut mulai bisa mendengar dan melihat dunia secara indah, yakni dengan cara memberi mereka input yang indah juga. Menghindarkan mereka dari berbagai pengalaman negatif, kekerasan, sikap kasar, merendahkan orang lain, dan lain sebagainya.

Dengan mengisi relung benak dan kalbu mereka dengan nilai-nilai yang indah, rasa cinta, estetika, etika dan lain sebagainya, maka anak-anak tersebut akan tumbuh menjadi anak-anak yang memiliki fixed mindset yang sehat.

Fixed Mindset yang sehat pun belum tentu bebas dari paparan Radikalisme. Banyak anak baik-baik, anak manis, anak rumahan, yang akhirnya terpapar Radikalisme sehingga menjadi pelaku teror atau teroris.

Disinilah pentingnya mengisi Limbic mereka dengan nilai-nilai Ideal yang baik, sehingga ketika Fixed Mindset mereka diserang oleh oleh pola Growth Mindset yang hendak menyusup kedalam reptilian brain mereka sudah terantisipasi.

Salah satu keberhasilan masuknya Radikalisme dalam otak anak muda kita kaerena mereka tidak mampu berpikir kritis, sehingga informasi apapun mereka serap tanpa analisa. Ini sangat membahayakan.

Disinilah peran penting seorang ibu dalam membangun mindset anak-anaknya sejak usia dini, sehingga ketika mereka memasuki zona usia 17-24 tahun, Fixed Mindset mereka sudah mapan. Jika Fixed Mindset mereka sudah dibentuk dengan pola sebagai Manusia Pancasila, mereka tidak akan merasa nyaman denga bentuk-bentuk Isme yang bertentangan dengan Pancasila.

Sebagai contoh, ketika mereka melihat fakta konsep Komunisme yang bersifat komunal, tidak ada kebebasan bersuara, semua diatur dan dijatah oleh negara, bahkan seorang anak adalah milik negara, tentunya akan membandingkan dengan Ideologi Pancasila yang jelas-jelas lebih indah dan nyaman dalam berbangsa dan bernegara.

Kemudian jika mereka ditawarkan sebuah konsep Radikalisme yang menyekat mereka dalam sebuah ikatan homogen yang membatasi gerak langkah mereka, eksklusivitas mereka dalam ikatan suku, agama, ras dan lain, tentunya akan membuat mereka menghindar dan tetap berpegang pada keindahan nilai-nilai toleransi serta tenggang rasa yang terkandung dalam Pancasila.

Sekali lagi perlu ditekankan bahwa peranan Ibu sangat penting bagi generasi bangsa ini ke depan. Oleh karena itu, penting sekali adanya pemahaman mengenai ancaman Perang Asimetris bagi para ibu, sehingga dalam pola ajar keseharian mereka tertata dengan baik, dan memberikan pengalaman yang indah kepada anak-anaknya.

Secara natural, sosok seorang ibu adalah sosok yang mulia, karenanya pemahaman nilai kebangsaan ini sangat penting dikuasai seorang ibu, karena kelak di tangannya kita berharap akan muncul generasi bangsa yang Pancasilais, serta tahan terahadap berbagai Ancaman, Tantangan, Hambatan, dan Gangguan yang mengusik bangsa ini, dan kelak akan menjadi kebanggaan bangsa dan negara kita ke depan.

Komentar