Tak Habis Gelap, Perlawanan Perempuan Terus Menyala

JurnalPatroliNews – Jakarta,- Di tengah dinamika untuk bangkit dari krisis pandemi Covid-19, negara terus melaksanakan agenda pemulihan palsu yang mengeksploitasi bumi dan merampas ruang hidup perempuan Jakarta, 22 April 2022. Pada peringatan Hari Bumi Tahun 2022, Solidaritas Perempuan mendesak Pemerintah untuk menghentikan eksploitasi bumi dan perampasan ruang hidup perempuan.

Berinvestasi ke planet kita menjadi tema peringatan Hari Bumi Tahun 2022. Adapun investasi yang dimaksud dalam tema tersebut adalah melakukan aksi nyata untuk melawan polusi, deforestasi, dan pemanasan global.

Akan tetapi faktanya, Pemerintah menyempitkan investasi pada kuasa modal yang mengarah pada kehancuran planet dan kepunahan massal. Memasuki tahun ketiga setelah pandemi Covid-19, Pemerintah meyakini bahwa investasi dan pembangunan infrastruktur menjadi jalan selamat untuk pulih dari krisis. Proyek Strategis Nasional dalam berbagai bentuk seperti pembangunan infrastruktur, pertambangan, perkebunan skala besar, proyek energi hingga pemindahan ibu kota negara (IKN) hanya menghasilkan deforestasi, perusakan dan pengerukan bumi yang mengancam keseimbangan lingkungan dan bumi. Alih-alih memulihkan ekonomi, rentetan agenda pembangunan tersebut hanya menjadi solusi palsu menghilangkan sumber kehidupan masyarakat dan memperdalam ketimpangan yang telah terjadi sebelum pandemi Covid-19.

Laporan The Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) terbaru yang dirilis pada 1 Maret 2022 mengungkap fakta mengenai ketidakadilan dampak krisis iklim, yakni bagaimana mereka yang paling sedikit berkontribusi menyebabkan krisis iklim justru paling terdampak dari akibat yang timbul.

Di berbagai belahan dunia, perempuan lebih melekat dan bergantung pada alam. Namun di sisi lain, memiliki lebih sedikit akses ke dan kontrol terhadap sumber daya alam. Di banyak daerah, perempuan memikul tanggung jawab yang tidak proporsional untuk menyediakan pangan dan air. Pada bencana ekologis seperti banjir, kekeringan hingga likuifaksi, ketimpangan gender artinya bahwa perempuan dan anak perempuan menanggung dampak yang lebih berat dan mendalam. Ketimpangan gender yang telah berlangsung sejak lama telah menciptakan kesenjangan dalam informasi, mobilitas, pengambilan keputusan, dan akses ke sumber daya dan peningkatan kapasitas.

Komentar