Telkom Akhirnya Buka Suara, Soal Dugaan Bocornya Data Pelanggan Indihome, Ini Faktanya

JurnalPatroliNews – Jakarta – Beberapa waktu ke belakang kabar dugaan kebocoran data pelanggan IndiHome mencuat di media sosial. Perkara ini dipicu dari unggahan Teguh Aprianto, seorang Konsultan Keamanan Siber di akun twitter-nya pada 21 Agustus 2022. Sontak hal ini menjadi sorotan banyak netizen yang khawatir akan keamanan datanya.

Terdapat Puluhan Juta Data Pelanggan yang Dijual

Dalam unggahan tersebut, Teguh memperlihatkan data-data yang diduga bocor itu dijual di forum breached. Terdapat 26.730.797 record data terdiri dari browsing history dan data pribadi pelanggan seperti jenis kelamin, nama lengkap dan NIK berukuran 16.79 GB. Ini merupakan rekam data selama periode Agustus 2018 – November 2019 dan diklaim berhasil dibobol pada Agustus 2022.

Dibantah Pihak Telkom

Semakin ramainya isu ini membuat PT Telkom Indonesia Tbk akhirnya buka suara. Pihak Telkom membantah tuduhan itu dan mengatakan jika data yang bocor tidak valid karena merupakan hasil fabrikasi.

“Setelah kami lakukan penelusuran dan investigasi menyeluruh, kami meyakini dan memastikan bahwa tidak ada kebocoran data pelanggan di sistem kami dan ini 100% merupakan data yang difabrikasi oleh pihak maupun oknum yang ingin memojokkan Telkom,” jelas Senior Vice President Corporate Communication and Investor Relation, Telkom, Ahmad Reza dalam keterangan tertulis pada Selasa 23 Agustus.

Data yang Disebut Bocor Tidak Valid

Berdasarkan hasil investigasi, Telkom menyatakan mereka tidak pernah memberikan email untuk pelanggan IndiHome dan bahwa domain alamat mereka adalah @telkom.co.id. Sebanyak 100.000 data sampel NIK juga diklaim tidak cocok.

Reza menyebut data browsing history bukan berasal dari internal Telkom, melainkan dari situs lain. Telkom juga menemukan data sampel berasal dari tahun 2018.

“Ada kemungkinan data-data histori browsing diretas karena mengakses situs-situs terlarang. Sebaiknya memang kita semua bijak menggunakan akses internet dan waspada terhadap situs-situs terlarang karena bisa saja mengandung malware,” kata Reza.

Komentar